Perempuan berani berkualitas dengan menghadapi segala risiko. Meskipun demikian dalam mengambil keputusan dia tak segan mendengarkan pendapat dari orang lain. Terlebih jika perempuan tersebut sudah menjadi seorang istri ataupun sudah menjadi ibu.
Di sini kita berbicara bagaimana dengan hari mereka. Sepanjang perjalanan menunggu suami pulang ke rumah. dia bekerja sepanjang waktu. Tak hanya duduk diam di rumah. dia juga memikirkan pekerjaan rumah, merawat anak dan bagaimana menghasilkan uang tanpa harus keluar rumah.
Perempuan itu seperti layaknya seorang pria kuat. Bahkan tenaganya tak kenal lelah. Sesekali sebagai pasangannya perhatikan dia dan coba bantu hanya sekadar memberi semangat. Tak perlulah berkeluh kesah, bagaimana beratnya mencari uang dalam bekerja. Ketika istrimu menuntut penghasilan yang engkau dapatkan.
Perempuan itu adakalanya ingin bermanja kepada sang suami. Saat anaknya sudah terlelap sebagai wujud cinta kepada sang suami. dia akan siap melayani.Â
Ibarat rumah yang sedang dihuni. Tiangnya akan menjadi kokoh saat keduanya bekerja sama. Dibalik itu semua perempuan pasti pernah mengalami hal yang paling sulit dalam hidupnya.Â
Jika keberadaannya hanya dianggap pembantu bukan wanita spesial yang harus dimengerti. Tentunya dia akan merasa kecewa. Sebenarnya, perempuan tanpa disuruh dia akan melakukan semua kewajibannya. Tanpa mengeluarkan kata-kata kasar. dia akan bergerak ke mana pun pasangannya ingin membawa.
Ada hati yang harus dijaga dengan cinta yang tulus. Lelaki menjaga matanya dari pandangan perempuan lain di luar angsana. Perempuan akan merasa terlindungi, jika mereka pergi bersama kedua mata Suami tertuju ke arahnya.
Kami perempuan berani, berani bicara dengan nada lembut sebagai bentuk protes jika tidak dihargai sama sekali. Kami berani mengungkapkan perasaan terbuka hanya kepada pasangan yang kami cintai. Bermaksud untuk bisa bertahan, mempertahankan hubungan. Sesimpel itu.
Kini saatnya kami merasakan kebahagiaan. Tak ada kekangan dalam aturan Pasangan yang dibuat serta merta merugikan satu pihak.Â
Mari bersama-sama menjadi perempuan berani unjuk gigi. Berani mengeluarkan unek-unek yang menjadi beban. Bisa pada pasangan ataupun lewat tulisan.Â