Oleh: Aksara Sulastri
Pandangan orang ketika melihat pasangan yang sama-sama penyandang disabilitas. Terkadang mengherankan bagi pandangan orang lain.
Sebab jodoh itu misterius. Jodoh adalah kehendak Tuhan. Jika memang ditakdirkan bersama. Why not? Mereka bisa sama-sama menerima kekurangan masing-masing.
Seperti pada pasangan pengemis yang sempat saya lihat di jalan raya. Pasangan perempuannya tunanetra dan hanya duduk di kursi roda. Seorang bapak tua yang usianya mungkin sudah di atas 50-an masih mau mendorong kursi roda sang istri. Dengan setia menemani meskipun terik matahari seringkali membuat pasangannya kelelahan. Mereka terpaksa mengemis hanya untuk bisa bertahan hidup.
Meskipun pandangan orang mengenai penyandang disabilitas tak layak hidup normal atau terisolasi. Mencari pekerjaan sering ditolak karena melihat fisik. Seandainya mereka diberi peluang yang sama, kesempatan yang sama untuk mencoba mungkin saja orang akan melihat kemampuan yang sesungguhnya.
Bukankah banyak orang hebat dari disabilitas. Pernahkah mendengar nama Stephen Hawking, sosok penyandang disabilitas yang sangat populer karena kejeniusannya. Ya, ialah Stephen Hawking, seorang fisikawan cerdas yang telah memperoleh banyak penghargaan. Salah satu penghargaan yang pernah diterima oleh Hawking adalah lifetime achievement dari Pontifical Academy of Sciences.
Seperti mantan presiden keempat Republik Indonesia, Bapak Abdurrahman Wahid.
Presiden keempat Indonesia yang juga mendapat julukan sebagai “Bapak Pluralisme” ini merupakan salah satu tokoh yang sangat menginspirasi. Sebagaimana yang kita tahu, bapak yang akrab disapa Gus Dur ini mengalami glaukoma yang membatasi kemampuan penglihatannya.
Keterbatasan fisik yang dimiliki Gus Dur tidak membuat beliau patah arang. dia berhasil menjadi orang nomor satu di Indonesia. Bahkan, salah satu jasa beliau yang dikenang oleh masyarakat Indonesia adalah ketika beliau mengakui agama Khonghucu dan mengizinkan perayaan hari raya imlek bagi masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa.
Jika saja pandangan orang terhadap penyandang disabilitas normal. dia diberi kesempatan untuk bekerja di bidang yang diinginkan. dia akan mampu membuktikan bahkan lebih hebat dari orang lain yang terlahir normal.