Mohon tunggu...
Rudy Santoso
Rudy Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Writer, Memoaris, Influencer, Property Advisor.

Rudy Akasara_Nusa Kota Malang - 1974_writer Penulis - memoaris - influencer - property advisor.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Perjalanan Ruhani Menuju Tuhan, Allah Swt

28 Februari 2023   14:41 Diperbarui: 28 Februari 2023   14:43 2371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal perjalanannya memang akan terasa berat dan terasa sangat panjang menapakinya. Menempuh perjalanan ruhani dengan dasar tekat yang kuat, akan menemukan jalan lebar yang lurus. Tanda dan rambu peringatan menuju jalan yang benar akan tampak. Petunjuk-petunjuk yang memberi sinyal peringatan dimana ranah yang berbahaya atau berbelok dari jalan kebenaran-Nya . Tetapi akan ada tempat-tempat peristirahatan yang akan ditemui sebelum mencapai tujuannya yaitu Allah, Swt."

Kerinduan seorang salik yang menempuh jalan kebenaran atau seorang sufi merangsang naluri spiritual di dalam dirinya. Yaitu naluri spiritual yang pasti mendorong hasrat untuk menjumpai dan menemukan Allah Swt. Hasrat yang sering dikenal sebagai eros religious atau hasrat keagamaan ini tak bisa dinafikkan. Siapa pun akan tergerak untuk memiliki hasrat tersebut untuk merasakan keberadaan-Nya. Hasrat yang didasari dengan rasa cinta, keikhlasan di dalam hati yang tulus akan menemukan jalan kebenaran-Nya. Jika hasrat dipenuhi dengan cinta yang menggebu kepada Tuhan, tidak ada lagi kata yang terucap. Tidak ada kata-kata yang tepat untuk melukiskan seluruh kecintaannya kepada Allah Swt. Dalam gelora cinta-Nya, kata-kata menjadi tidak bermakna.

Merujuk paradigma seorang sufi yang kita kenal Jalaluddin Rumi dalam Kitab Matsnawi. Dalam Kitab Matsnawi Rumi membedakan dua macam  hasrat ke agamaan ( Eros religios ) atau dua macam kesalehan. Dijelaskan oleh Jalalludin Rumi sebagai berikut :

  • Yang pertama adalah Kesalehan pulasan, yaitu meletakan suatu nilai pada segi dan sisi lahiriah. Seseorang yang dalam pelaksanaannya meletakkan kemuliaan secara harfiah terhadap teks-teks syariat. Keberagamaan yang berpegang teguh pada teks-teks syariat, tetapi melupakan keberadaan hakekat sebenarnya dalam ajaran itu sendiri.  
  • Yang kedua adalah Kesalehan Bayazid Al-Bustami. Yaitu kebergamaan yang menekankan pentingnya memelihara lahiriah agama, dengan tidak mengabaikan segi-segi batiniah. Keyakinan yang tulus seperti keimanan Bayazid Al-Bustami. Seorang tokoh sufi yang merintis jalan kesucian dan memberikan ketulusan imannya sepenuhnya kepada Allah Swt.

Dari kedua macam kesalehan atau hasrat keberagamaan di atas, Rumi mengingatkan kita dalam satu kondisi. Tentang ketulusan dan keikhlasan dalam hasrat kesalehan, sekecil apapun akan mengubah dunia ini. Kesalehan yang tidak didasari dengan ketulusan dan keikhlasan akan menjauhkan hakekat sebenarnya. Sebesar apapun kesalehan itu jika tidak tulus akan menjauhkan seseorang dari ajaran itu sendiri. Kesalehan dalam hakekat sebenarnya akan menguatkan keimanan seseorang. Dan keimanan yang sesungguhnya dapat menarik semua orang untuk memahami ajaran itu sendiri.  Yaitu dengan jalan berusaha mencari rahasia di setiap ibadah yang kita lakukan dengan hati tulus ikhlas.

Dalam proses perjalan ruhani menuju Tuhan, manusia selalu dihalangi oleh hijab. Ada banyak hijab, salah satu contohnya adalah keyakinan sesat. Artinya seperti kegelapan di dasar laut yang dalam, keraguan yang hadir menjadi hijab. Keraguan yang datang silih berganti kedalam hati, ibarat sebagai ombak yang saling berkaitan di lautan. Sehingga jalan menuju Tuhan sangat sulit untuk dilalui sampai kepada Yang Ilahi. Agar dapat mencapai ma'rifatullah, pengetahuan Allah, maka seseorang dapat mendalami dan menghayati alam. Di dalamnya terdapat makna Illahiah. Orang-orang berakal dapat memahami berbagai fenomena yang ada di alam, yang menunjukkan keagungan Sang Pencipta. Karena itulah Allah Swt berfirman : “Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi,” (QS. Yunus : ayat 10).

#.  Paradigma Jalaluddin Rahkmat, tentang tahapan perjalanan ruhani menuju Allah Swt.

           Dalam buku The Road to Allah oleh Jalaluddin Rakhmat, beliau menyampaikan beberapa gagasan. Beliau menguraikan gagasan-gagasan menjadi 5 paradigma atau tahapan perjalanan ruhani menuju Allah Swt. Meskipun kelima paradigma ini menuai kritikan, seiring berjalannya waktu menyebar di seluruh negeri ini. Berikut adalah 5 paradigma Mazhab Jalali, dalam buku beliau The Road to Allah.

  • Paradigma Pertama, disampaikan dalam dakwah pertamanya. Bagi beliau keberagamaan yang dianut oleh umat beragama, tidak bisa lagi di kotak-kotakan. Dalam sebuah bingkai dikotonomi suatu madzab yang menyempit, tidak bisa dibatasi dan tidak bisa dibeda-bedakan. Dengan dasar keimanan yang tulus dengan tujuan membawa umat kembali kepada Allah Swt.  Yaitu satu cara beragama dengan menggali seluruh ilmu dari khazanah berbagai madzab yang ada. Beragama dengan keimanan yang murni akan menarik semua orang ke dalam keharibaan-Nya apapun bentuknya. Paradigma beliau ini di kenal dengan prinsip nonsektarianisme.
  • Paradigma Kedua, adalah tazawuf madzab cinta. Yaitu tahapan beragama yang sudah melewati batas atau sekat antar madzab. Di dalam tazawuf yang ada hanya cinta, madzab tak lagi bermakna. Hakekat nilai madzab tasawuf adalah kecintaan kepada Allah Swt, yang merupakan sumber utama kecintaan. Di mulai dengan mencintai Rosulnya, ahlul bait Nabi, dan kaum fakir miskin. Hal itu telah cukup jika di bandingkan dengan dunia ini dan isinya. Seorang Pecinta Allah Swt apabila sudah bersinar hatinya, akan dibersihkannya segala ingatan kecuali hanya kepada-Nya.
  • Paradigma Ketiga, Akhlak di atas Fiqih. Sebuah paradigma beliau mendahulukan Akhlak di atas Fiqih untuk meninggalkan perbedaan. Rosulullah mensyiarkan agama islam, berada di antara semua umat untuk menegakkan akhlak umat manusia. Mengutamakan akhlak demi persaudaraan dan kerukunan umat muslim dari pada fiqih. Perbedaan madzab, tata cara fiqih di kalangan umat muslim, sering menimbulkan perselisihan dan perdebatan. Para ulama dan umat yang berbeda madzab, hanya mencapai bagian terluar dari ajaran agama. Pada dimensi eksitoris suatu agama atau keyakinan, hanya akan menimbulkan perdebatan. Jika lebih dalam mempelajari subtansi dari ajaran agama, semua madzab akan menemukan titik temu.
  • Paradigma Keempat, sebuah gagasan yang mengusung Pluralisme. Paradigma yang relevan dengan kebutuhan umat manusia untuk berbagi ruang hidup di tengah perbedaan. Bersikap toleransi atas perbedaan madzab, perbedaan tata cara fiqih di antara umat muslim. Paradigma ini sangat diperlukannya kajian-kajian, dialog, diskusi dan sikap  toleran untuk meninggalkan perbedaan itu sendiri. Perjalan menuju Allah Swt yang di jalani para sufi, tidaklah meninggalkan syariat yang di rumuskan para ulama. Perjalanan ruhani berupaya menemukan bahwa di balik perbedaan syariat, terdapat kesamaan tarekat dan hakekat.
  • Paradigma Kelima, sebuah gagasan tasawuf dibekali dengan amalan dan pedoman praktis untuk menjalaninya. Paradigma ini merupakan pengembangan dari paradigma yang kedua. Merupakan tahapan akhir setiap umat yang menempuh jalan menuju Allah Swt. Perjalanan bertasawuf di awali dengan membersihkan diri yang disebut takhliyyah. Yaitu mengosongkan diri, membersihkan diri atau menyucikan diri sebelum memulai bertasawuf. Dengan mengerjakan 3 hal yang harus kita jalani, lapar, diam dan shaum. Lapar merupakan usaha kita untuk membersihkan dari tunduknya diri kita dari hawa nafsu. Diam merupakan usaha kita membersihkan hati dari semua penyakit hati.

Ketika seorang melakukan perjalanan ruhani menuju Allah Swt, dalam hidupnya senantiasa menuju kehadirat Allah Swt. Manusia di ciptakan oleh Allah Swt dari 7 unsur saripati tanah atau nutfah. Sifat kemanusiaan atau basyariyyah menjadikan selalu kotor dan hina karena di ciptakan dari tanah. Seorang yang berjalan menuju Allah Swt, berusaha menafikan kekotoran basyariyyahnya. Ingin menafikan sifat tanahnya dan ingin menyerap unsur Ruh Allah Swt yang ditiupkan kepadanya. Meninggalkan sifat tanahnya dan pergi memulai perjalanan ruhani menuju Allah Swt. Perjalan ruhani dari unsur tanah menuju unsur Illahiah, ini-lah yang disebut Tasawuf. Memasuki semua akhlak yang mulia dan meninggalkan akhlak yang tercela.

Semoga kita menjadi para penempuh jalan kesucian dalam perjalanan pulang menuju Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Allah Swt.

Malang,  Februari 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun