Mohon tunggu...
Aksara Kugie
Aksara Kugie Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kugie adalah manusia perangkai kata. Pensil kecil bagi dunia. Yang mengusik batin lewat aksara. Dan bercanda jenaka dengan cerita. (aksarakugie.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menyusuri Musium Mainan di Singapore

16 November 2011   14:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:35 1794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari itu udara dingin menyelimuti  Victoria Street. Waktu menunjukan pukul 08:45,  ketika saya berhadapan dengan Brass Basah Complex.  Senangnya bukan main, karena saya akan segera melihat tumpukan buku-buku yang selama ini tidak bisa di temui di Indonesia. Saya berharap, di tempat itu, saya bisa mendapatkannya dengan harga murah.  Saya tidak sedang berada di toko buku biasa seperti yang bisa saya jumpai di Orchard Road. Ini adalah pusat penjualan buku-buku bekas yang terkenal di  Singapore. Ketika memasuki bangunan tersebut, sebagian besar toko masih tertutup. Saya sedikit kecewa ketika mendapatkan keterangan dari seseorang pedagang buku bahwa mereka baru akan buka pukul 13:00.  Hari itu ternyata ada perayaan keagamaan, katanya. Tidak ingin hanya menunggu disitu, akhirnya saya putuskan untuk berjalan-jalan mencari sesuatu yang saya belum ketahui. Saya berjalan menyusuri Seah Street tanpa rencana. Ketika asyik melangkah di depan sebuah cafe, seseorang tiba-tiba mendekat sambil menyodorkan sebuah lembaran menu. Wajah saya tidak memberikan ekspresi apa-apa terhadap kehadiran pegawai cafe yang sudah berdiri menghadang seperti penjaga gawang  itu. Saya hanya berusaha menghindar. Tahu bahwa saya sama sekali tidak tertarik dengan tawarannya, dia menyodorkan kepada saya sebuah brosur lipat tiga. Tentu saya berpikir untuk segera pergi setelah menerimanya sambil menghindari kontak mata dengan pelayan cafe itu. Saya hampir saja pergi ketika saya tergiur dengan tulisan di halaman depan brosur yang sudah berpindah tangan, "Museum of Toys". Musium? Dimana ada musium?. Sekilas yang saya lihat hanya sebuah cafe kecil bernama Mr.Punch yang mungkin lebarnya tidak lebih dari 6 meter.  Seperti cafe murahan yang dibangun di sebuah ruko sewaan. Siapa yang mendirikan musium di dalam cafe yang sekilas tidak berbeda dengan ruko-ruko kecil di kawasan Kemang? pikir saya. Walau saya sedikit ragu tapi kata-kata "toys"  membuat saya memutuskan untuk mencari informasi lebih dengan berjalan masuk ke cafe tersebut. Ternyata ada pintu masuk menuju sebuah musium mainan yang tersembunyi di bagian belakang kasir cafe. [caption id="attachment_149450" align="aligncenter" width="680" caption="gambar tengah: cafe yang merangkap musium. Gambar kanan: suasana pajangan."][/caption] Tidak lama kemudian saya sudah tiba di meja resepsionis dan dibuat kaget karena harga tiket masuknya yang sebesar  SGD15 (Rp. 105.000). Dua orang jadi SGD30, alias Rp. 210.000. Secara uang jatah travelling saya hanya tersisa  SGD60, dan masih harus makan dua kali lagi, jadi, di depan resepsionis saya sempat memasang wajah ragu-ragu. Sesekali saya memasang wajah cengengesan ke arah petugas resepsionis yang mulai merasakan niat saya untuk segera pergi. Sebelum saya sempat membalikan badan, petugas resepsionis menanyakan asal kami. "Indonesia," jawab saya. "I see!" balasnya dan kemudian buru-buru menawarkan diskon  25% sebelum saya benar-benar hengkang. Ternyata nama "Indonesia" ampuh juga untuk mendapatkan potongan harga. Mungkin orang-orang Singapore tahu kalau daya beli orang Indonesia rendah. Tapi ya sudahlah. Yang penting saya dapat potongan harga. Saya berharap uang yang saya keluarkan untuk tiket masuk setimpal dengan apa yang akan saya temui di gedung berlantai 5 itu. Walau dengan potongan harga, tiket itu masih terbilang mahal jika dibandingkan tiket masuk ke Musium Wayang di Jakarta yang cuma Rp.2000. Katanya musium ini memiliki koleksi lebih dari 50.000 mainan yang dikoleksi dari lebih 40 negara seperti Jerman, Jepang, Inggris, Amerika bahkan Bulgaria. Musium mainan ini adalah salah satu musium mainan terbaik di dunia dan terbesar di asia tenggara. Keseluruhan dibagi menjadi lima zona menurut jenis item yang dipamerkan: Outerspace,  Character, Childhood Favourites dan Collectables Jadi, mulailah saya naik lift ke lantai paling atas, tempat koleksi mainan bertema Outerspace. Rasanya menyenangkan bisa berada diantara jejeran mainan-mainan tersebut.  Seolah-olah saya telah melewatkan banyak hal di masa kecil saya. "Achhhh..., kenapa waktu kecil saya tidak pernah menemukan yang seperti ini?" tanya saya dalam hati. Satu hal yang membuat saya sangat terkagum-kagum adalah karena hampir semua mainan di lantai 5 itu terbuat dari kaleng. Sangat klasik. Saya sangat menyukai robot-robotan kaleng. I love those robots!!!! Walau terbuat dari kaleng. Robot-robotan itu bukan mainan murahan. Mainan itu usianya lebih tua dari saya. Dari koleksi tahun 70-an, 60-an sampai 30-an. [caption id="attachment_149451" align="aligncenter" width="480" caption="Robot Kaleng produksi tahun 1930 dan 1940"][/caption] [caption id="attachment_149453" align="aligncenter" width="480" caption="Pesawat kaleng Flash Gordon"][/caption] [caption id="attachment_149454" align="aligncenter" width="480" caption="Komik klasik Flash Gordon"][/caption] [caption id="attachment_149456" align="aligncenter" width="480" caption="Action Figure Buck Rogers"][/caption] Turun ke lantai 4 ada mainan-mainan yang punya Karakter tertentu, seperti Superman, Batman, Tintin, Popeye. Luar biasanya banyak action figure Superman yang terbuat dari kaleng dan salah satunya adalah action figure pertama yang dibuat untuk Superman. Mau tahu yang lebih hebat? Ada komik edisi pertama Superman. O iya,  di tengah tangga dari lantai.4 menuju lantai 5 ada satu rak penuh isinya Teddy Bear dan boneka Snow White. Sayangnya karena keterbatasan space, tidak bisa saya sajikan semua. [caption id="attachment_149457" align="aligncenter" width="480" caption="Koleksi Donald Bebek Klasik. Memang mirip Petruk, tapi itu benar-benar Donald Bebek"][/caption] [caption id="attachment_149458" align="aligncenter" width="480" caption="Micky Mouse klasik"][/caption] Turun lagi ke lantai 3, ada mainan-mainan kuno dari berbagai penjuru dunia yang disebut "Childhood Favorite". Jujur saya tidak terlalu paham dengan mainan-mainan anak tersebut. Mungkin di negaranya masing-masing mereka cukup terkenal. Menuju lantai 2, ada mainan-mainan collectibles berjajar dengan rapi. Salah satu yang memukau saya adalah action figure Beatles yang dipajang  disana. Beberapa barang bertema Beatles bahkan lengkap dengan tanda-tangan personel Beatles. [caption id="attachment_149459" align="aligncenter" width="480" caption="Boneka Beatles"][/caption] [caption id="attachment_149460" align="aligncenter" width="480" caption="Koleksi mobil-mobilan dengan pembungkus yang mirip kotak korek api."][/caption] Terakhir adalah lantai 1, kembali ke resepsionis dan cafe Mr. Punch. Di lantai  ini, akhirnya saya membeli satu mainan robot-robotan kaleng seharga SGD16. Sebuah robot kaleng yang bisa jalan kalau diputar tuasnya. It was fun. Saya adalah pengunjung yang paling lama bertahan disana. Yang menarik dari musium ini adalah: musium ini adalah musium pribadi milik seorang kolektor mainan. Ya, pemilik mainan-mainan ini berwisata keliling dunia untuk mencari mainan-mainan yang sekarang dipajang di musium miliknya. Beberapa mainan kaleng yang ada disana, harganya bisa mencapai puluhan ribu dolar. Beberapa bahkan edisi khusus dan satu-satunya di dunia. Secara keseluruhan, musium ini bisa membangkitkan kenangan masa lalu ketika saya masih bisa menyaksikan Buck Rogers dari layar TV hitam putih. Paling tidak saya bisa melihat tokoh Flash Gordon yang dikenal oleh angkatan yang lebih tua. Perubahan tampilan Kharakter-kharater tokoh kartun dari jaman ke jaman juga bisa dilihat disini. Mengagumkan! Masalah satu-satunya adalah: saya tidak diperkenankan mengambil gambar kecuali dengan kamera hp dan tanpa lampu blitz. Jadi harap dimengerti jika gambar-gambar yang saya sajikan kurang tajam atau cerah. Menyusuri sebuah musium dimana ribuan item mainan membuat saya ingin mengulangi masa kecil saya. Saya merindukan robot-robotan milik saya yang perutnya bisa disetel seperti TV.Atau mobil-mobilan Batman berwarna hitam dengan lampu kecil berwarna biru.  Saya sendiri jadi merasa sedikit menyesal karena sudah membuang mainan-mainan masa kecil saya. Jangan-jangan bisa dianggap barang  antik sekarang. Akhirnya saya meninggalkan musium yang berada di 26 Seah Street itu untuk kembali ke Brass Basah Complex untuk mencari buku bekas. [caption id="attachment_149461" align="alignnone" width="336" caption="Penulis berfoto bareng patung Tintin. Masih ada beberapa action figure berukuran besar."][/caption] Mmm..., andai saya bisa mengulang waktu, saya akan membawa satu atau dua mainan kesayangan saya ke jaman ini. (seluruh gambar adalah koleksi pribadi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun