Mohon tunggu...
Persada Kasih Aksara Binar
Persada Kasih Aksara Binar Mohon Tunggu... Penulis - Social Educational Community

Hai! Kami adalah Aksara Binar, yang merupakan akronim dari Aksi Memberantas SARA bersama Inklusi Ragam Indonesia. Sebagai bagian dari Duta Muda Bineka 2025, kami berkomitmen untuk menciptakan ruang berbagi inspirasi, edukasi, dan refleksi tentang keberagaman di Indonesia. Melalui blog ini, kami akan menyampaikan berbagai isu seputar keberagaman, khususnya upaya menciptakan harmoni di tengah ragam agama dan kepercayaan yang ada di negeri kita tercinta. Kami percaya bahwasannya keberagaman adalah kekuatan, dan melalui dialog serta inklusi, kita bisa mewujudkan Indonesia yang lebih damai dan bersatu. Mari bersama-sama, kita jaga harmoni dalam kasih dan semangat keberagaman! 🌏✨ Salam hangat dari kami Aksara Binar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menghidupkan Tradisi Keagamaan di Tengah Generasi Digital: Apakah Kita Mulai Melupakannya?

23 Januari 2025   14:38 Diperbarui: 23 Januari 2025   14:38 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

               Kemajuan teknologi dan perkembangan era digital telah membawa perubahan besar dalam cara hidup manusia. Generasi digital, atau generasi yang tumbuh di tengah perkembangan teknologi informasi, menikmati kemudahan akses informasi dan komunikasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, di balik semua manfaat ini, muncul kekhawatiran bahwa tradisi keagamaan mulai terpinggirkan dalam kehidupan sehari-hari.

            Tradisi keagamaan sering kali menjadi bagian penting dari identitas budaya dan moral suatu masyarakat. Namun, dalam era digital, fokus anak muda cenderung bergeser dari aktivitas tradisional ke kegiatan yang lebih berbasis teknologi, seperti media sosial, game online, atau konten hiburan digital. Penurunan partisipasi dalam kegiatan keagamaan, seperti pengajian, misa, atau upacara adat, menjadi tanda bahwa generasi muda mungkin mulai kehilangan keterikatan mereka dengan nilai-nilai tradisional.

          Teknologi sebenarnya dapat menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, media digital dapat digunakan untuk menyebarkan ajaran agama, mengadakan ibadah virtual, atau memberikan pendidikan keagamaan secara daring. Di sisi lain, kecanduan teknologi dapat mengalihkan perhatian generasi muda dari praktik spiritual yang mendalam.

         Sebagai contoh, platform seperti YouTube dan Instagram telah digunakan oleh beberapa pemuka agama untuk menyampaikan pesan-pesan spiritual. Namun, apakah ini cukup menggantikan pengalaman langsung seperti doa bersama atau ritual keagamaan yang melibatkan komunitas?

Pentingnya Pendidikan dan Teladan

          Orang tua, guru, dan pemimpin agama memiliki peran penting dalam menjaga relevansi tradisi keagamaan di tengah gempuran digital. Pendidikan agama yang kreatif dan relevan dengan konteks zaman dapat membantu generasi muda memahami pentingnya tradisi tersebut dalam kehidupan mereka. Misalnya, pengajaran agama bisa dikombinasikan dengan teknologi, seperti melalui aplikasi belajar interaktif atau program animasi yang menceritakan kisah-kisah keagamaan.

          Selain itu, penting bagi orang dewasa untuk menjadi teladan dalam menjalankan tradisi keagamaan. Anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat. Jika orang tua dan komunitas menunjukkan dedikasi terhadap tradisi agama, generasi muda akan lebih mungkin mengadopsinya.

Menemukan Keseimbangan

            Tidak realistis untuk berharap generasi digital meninggalkan teknologi demi tradisi keagamaan. Yang lebih penting adalah menemukan keseimbangan antara keduanya. Generasi muda perlu diajarkan bagaimana memanfaatkan teknologi untuk mendukung kehidupan spiritual mereka, bukan menggantikannya. Misalnya, mengadakan diskusi agama di grup WhatsApp keluarga, menghadiri seminar virtual tentang nilai-nilai moral, atau mendengarkan podcast keagamaan saat bepergian.

             Tradisi keagamaan adalah bagian tak terpisahkan dari identitas dan kesejahteraan spiritual manusia. Di tengah arus digitalisasi yang begitu kuat, penting untuk tidak melupakan akar budaya dan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh generasi sebelumnya. Dengan pendekatan yang bijaksana dan adaptif, kita dapat menghidupkan kembali tradisi keagamaan, bahkan di tengah generasi digital yang terus berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun