Mohon tunggu...
Aksan Nuranisya
Aksan Nuranisya Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Pekerja

Pengagum bulan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengamati Ibu

6 Mei 2024   21:59 Diperbarui: 6 Mei 2024   22:19 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di siku kamar, 06 Mei XX24

Kemarin adalah hari ibuku

Ia mengulang tanggal ke enam satu

Minggu yang syahdu

Mengapa begitu cepat berlalu?


Hari semakin memakan sisa usia ibu

Giginya berjendela lebih dari satu

Tubuhnya jadi tak setangguh dahulu

Rambutnya? Ah, semakin setipis tisu


Ibu mengamatiku sepanjang usia

Ibu mendoakan sepanjang usia

Ibu membersamaiku sepanjang usia

Sedangkan aku, hanya ada di setengah perjalanan hidupnya


Ibu paling sabar di dunia anaknya

Marahnya tak pernah sanggup lama

Senyum baginya itulah yang utama

Entah di mana ia sembunyikan angin ributnya


Apakah ibu sembunyikan di kulit keriputnya?

Atau mungkin ibu sengaja melahapnya?

Agar anak-anaknya tetap baik, bahagia, sehat dan terjaga dalam doa

Ah, pantas saja surga ada di telapak kakinya


Aku ingin berlama-lama mengamati Ibu

Tolong beri aku lebih banyak waktu

Walaupun aku harus mati-matian berkejaran dengan usianya

Tak apa, sebab dulu pun ibu sampai nangis darah demi menghidupi anak-anaknya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun