Mohon tunggu...
Muhammad Akrom
Muhammad Akrom Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

enjoy, free, and netral or independent.\r\n\r\nhttp://mochacom.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selintas Wajah Tokoh Muda Ulil Absor Abdala dan Wahyu NH. Aly

8 Maret 2011   14:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:57 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_95056" align="alignleft" width="200" caption="Ulil Abshor Abdala"][/caption]

Tokoh pemikir muda Ulil Absor Abdala dan Wahyu NH. Aly (Wahyu Nur Hidayat), keduanya tentunya sudah cukup dikenal di kalangan para pemuda. Pemikirannya yang progresif dan semangat kreatifitasnya telah menjadi inspirasi tersendiri untuk para pemuda secara khususnya, dan bangsa secara umumnya. Tanpa kebetulan, keduanya lahir dan besar di dalam kultur NU yang kental. Namun demikian, meskipun kedua tokoh muda ini memiliki banyak kesamaan dalam pemikirannya, tetapi juga terdapat perbedaan baik di wilayah cara pandang maupun sepak terjangnya.

Ulil yang dikenal sebagai penerus pemikiran Cak Nur (panggilan akrab Nurcholis Madjid) dan Wahyu dengan independensi pemikirannya, keduanya sama-sama mengusung terwujudnya toleransi antar umat beragama. Melalui pemikirannya yang demikian, sehingga keduanya dikenal sebagai sosok pluralis. Akan tetapi, cukup menarik kedua tokoh muda ini apabila ditinjau melalui sepak terjangnya. Kedua tokoh muda ini, yang terbilang sukses karena sama-sama terangkat melalui media massa -Ulil melalui tulisannnya di Kompas saat itu, 18 September 2002 yang mengangkat tentang perlunya penyegaran kembali pemahaman Islam, dan Wahyu sebagai kolumnis di beberapa media massa dan karya-karya bukunya dari Novel, Buku Reliji, hingga buku Ilmiah- namun belakangan ini keduanya sepertinya tak lagi sejalur dalam memperjuangkan pemikiran-pemikirannya.

[caption id="attachment_95058" align="alignright" width="300" caption="Wahyu NH. Aly"]

1299595917539255420
1299595917539255420
[/caption]

Ulil kini telah di"penjara" oleh partai politik, sehingga tidak bisa dipungkiri jika pemikirannya mulai dipertanyakan oleh banyak kalangan, khususnya para pemuda yang mencoba mengikuti intelektualitasnya. Sedangkan Wahyu sampai sekarang masih dalam poros independensinya, terbaca melalui tulisan-tulisannya baik di media massa seperti koran harian Meteor-Jawa Pos di setiap hari Jumat ataupun di blog pribadinya. Secara politis, Ulil yang kini terpasung di partai Demokrat dan Wahyu yang masih independen dengan sikap kritis-membangun terhadap pemerintah, keduanya cukup terlihat perbedaannya. Selain itu, jika Ulil belum pernah terlihat pemikirannya yang mencoba memperjuangkan tentang kesejahteraan rakyat, namun Wahyu sepertinya sangat intens akan curahan pemikirannya terhadap realitas sosial bangsa ini. Wahyu, di beberapa kesempatan sering mengumandangkan akan kewajiban kolektif terhadap proses peningkatan kesejahteraan rakyat.

Ulil dan Wahyu, keduanya juga memiliki kesamaan dalam mengangkat pemikirannya dengan menggunakan kendaraan; Ulil melalui komunitas Jil (Jaringan Islam Liberal) dan Wahyu menggunakan komunitas Lawang Ngajeng. Akan tetapi, Ulil selain sukses mengangkat dirinya juga sukses mempopulerkan JIl, sedangkan Wahyu baru ditingkatan personal dirinya, karena Lawang Ngajeng yang diasuh oleh Wahyu belum sepopuler nama pribadinya. Dari sini, artinya Ulil mulai menggeser intelektualitasnya ke wilayah politik praktis sedangkan Wahyu justru meningkat dari intelektual muda, budayawan muda, novelis, merambat sebagai kritikus.

Terlepas dari perbedaan dan kesamaan kedua tokoh intelektual muda ini, saya sebagai pemuda hanya berharap, keduanya mampu menjaga keindependenannya dan berani mengoreksi dirinya untuk memperbaiki langkahnya yang keliru dan tentunya terus meningkatkan semangatnya dalam progresifitas pemikiran-pemikirannya yang membangun. Dengan demikian, semoga usaha baik mereka diberi pahala oleh Tuhan YME. Semoga bermanfaat....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun