Mohon tunggu...
Muhammad Akrom
Muhammad Akrom Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

enjoy, free, and netral or independent.\r\n\r\nhttp://mochacom.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesalahan KH Said Aqil Sirodj (Ketua PBNU) Ditelanjangi Wahyu NH. Aly

11 Juli 2011   19:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:45 4033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Postingan ini untuk ikut merayakan dan memeriahkan Harlah NU ke 85

Perbedaan tampak sekali antara NU saat di masa kepengurusan Gus Dur dengan kepengurusan KH. Said Aqil Sirodj sekarang. Saat masih dipegang oleh Gus Dur, NU berdiri independen tanpa ada campur tangan pemerintah. Upaya intervensi pemerintah terhadap NU, saat itu bisa dibilang selalu gagal, sehingga kemudian pemerintahan Soeharto berupaya menggulingkan Gus Dur. Namun NU di bawah kendali KH. Said Aqil Sirodj sekarang ini, tak lagi demikian. KH. Said Aqil Sirodj seakan membawa NU untuk mendekat dengan kekuasaan, terasa dengan pernyataan-pernyataannya yang terkesan mengawal kebijakan pemerintah. Bahkan, seorang kritikus muda, budayawan Wahyu NH. Aly yang juga sebagai orang NU, mengatakan apabila KH. Said Aqil Sirodj sebagai ulama yang tidak memiliki kejujuran dan kebersihan etika, serta menurutnya ketua NU itu sebagai corong penguasa sekaligus penjilat, meskipun ketua PBNU ini menolaknya seperti dalam pernyataannya di kantor PBNU saat acara Harlah NU ke 85 yang juga dihadiri Mas Wahyu NH Aly.

Penilaian budayawan muda kelahiran Kebumen ini bukanlah tanpa alasan. Panjang lebar beliau mengulasnya, di antaranya seperti di dalam artikelnya di Kompasiana yang berjudul, “Peran Ulama Terhadap Pemerintah.” Dengan ulasan yang menarik, sistematis, dan cukup mendalam, budayawan yang mengasuh Lawang Ngajeng ini, mengatakan apabila ulama yang tunduk-patuh (sendiko dawuh) terhadap penguasa dikatakan sebagai ulama su’ (ulama yang jahat). Menurutnya lagi, ulama yang jahat bukanlah fenomena baru, karena pada dasarnya sudah ada dari dahulu, akan tetapi ulama yang demikian harus dijauhi atau tidak boleh diikuti. Di dalam artikelnya juga, sepertinya Wahyu NH. Aly ini mencoba memosisikan diri untuk membela KH. Sholahudin Wahid (Gus Sholah), adik mantan presiden RI alm. Gusdur, ketua Muhammadiyah Din Syamsudin, dan ulama yang tergabung lainnya, yang dianggap tidak beretika oleh ketua PBNU KH. Said Aqil Sirodj. Memang saat itu KH. Said Aqil Sirodj tidak menyebutkan secara langsung nama-namanya seperti Gus Sholah dan Din Syamsudin, akan tetapi ketua PBNU ini menggunakan pernyataan sinonim dengan sebutan “ulama yang tergabung di kalangan Tokoh Lintas Agama.” Seolah, kepintaran dan etika dia sebagai ketua PBNU ini di atas ulama-ulama yang tergabung di Tokoh Lintas Agama.

Tulisan budayawan kelahiran 1984 ini tentu menjadi pukulan dan bahan renungan tersendiri bagi KH. Said Aqil Sirodj yang menjabat sebagai ketua salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Terlebih, Wahyu NH Aly mengeritiknya dengan cara mengulas secara rapi seputar peran ulama terhadap penguasa dari sudut pandang Islam, akan pernyataan KH. Said Aqil Sirodj yang memotret ulama-ulama di Tokoh Lintas Agama dari sudut pandang agama saat itu. Sehingga, perlu ditanyakan mengenai pernyataan KH. Said Aqil Sirodj saat itu akan Tokoh Lintas Agama yang dianggap tidak beretika, apakah karena pemahaman agama KH Said Aqil Sirodj sebagai ketua PBNU begitu sempit ataukah pemerintah ada di balik pernyataan beliau ini? Atau bisa juga karena keduanya? Tanpa bermaksud berburik sangkan, semoga saja KH. Said Aqil Sirodj tidaklah demikian. Memang, manusia tidak luput dari salah dan alpa.

Sengaja saya memosting kembali mengenai pemikiran mas Wahyu NH Aly, yang kukira cukup menarik dalam mengelola kajian ushul fiqhnya, yang menurutku sulit ditemukan baik di pesantren atau di lembaga pendidikan agama Islam formal. Bahasanya yang kesannya cukup menohok, mungkin sesuai dengan analisanya yang mendalam. Saya sendiri menilai tulisan mas Wahyu NH Aly ini dalam memainkan ushul fiqh nya dapat diikuti oleh kalangan yang sedang menggeluti tentang ushul fiqh. Karena di dalam mekanisme yang dipakai mas wahyu juga mengambil sarana-sarana sekunder yang memiliki kaitan dengan yang dikajinya. Apalagi sepertinya belum banyak atau barangkali juga belum terlihat ulama sekarang yang mengoperasionalkan ushul fiqh seapik tulisannya... Lagi-lagi hehee..

Wahyu NH Aly

13104103211681697460
13104103211681697460

KH. Said Aqil Sirodj

13104104302061058707
13104104302061058707

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun