Himpunan mahasiswa islam dalam kiprahnya sebagai organisasi di indonesia mempunyai ukir sejarah yang penuh dengan keikhlasan dan penuh tanggung jawab dalam kemaslahatan.
Berawal dari manusia yang bernama Lafran Pane HMI dalam perwujudannya bukan untuk mencari keutungan atas kemerdekaan bangsa indonesia akan tetapi hadirnya HMI telah diwariskan untuk Indonesia.
Mengutip apa yang dikatakan oleh jendral sudirman Pernyataan Sudirman tentang HMI sebagai penyatu religion dan nation dalam sebuah konsep Negara adalah daya publik yang besar dan kuat. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kehadiran HMI di Indonesia menjadi Negara pembeda dengan konsep-konsep kenegaraan lainnya di dunia. Dimana kecenderungan Negara-negara didunia membentuk konsep kenegaraanya terbagi menjadi dua bentuk (dalam skala besar), yaitu sebagai state nation (Negara kebangsaan) atau state religion (Negara berbasiskan keagamaan). Otoritas atas kemerdekaan dalam bertindak tersebut, telah dijawab oleh Himpunan mahasiswa Islam, bahkan menjadi sandaran ideologis dalam bertindak, sesuai dalam nilal nilai dasar perjuangan (NDP) HMI pada bab III kemerdekaan manusia (Ikhtiar) dan keharusan universal (takdir).
Kemerdekaan yang hakiki ini bermakna memberi kebebasan dan kelapangan hati, pikiran, dan perbuatan manusia untuk menyampaikan pendapat dan berkreasi dalam amal perbuatan secara terbuka tanpa ada rasa kahwatir.oleh sebabnya, BerHMI juga sebagai ikhtiar dalam mewujudkan kemerdekaan, untuk mendapat kepastian keikhlasan yang insani dalam bertindak.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT mengemban misi penting untuk menjadi seorang khalifah di muka bumi ini. Pada awalnya Allah SWT menawarkan kepada makhluk-makhluknya untuk memimpin bumi ini, namun tidak ada satupun makhluk yang mampu untuk mengemban misi suci ini. Kemudian Allah SWT memutuskan untuk menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hal ini menunjukkan betapa besarnya potensi manusia jika dibandingkan dengan makhluk Allah SWT yang lain.
Manusia dianugerahi akal dan bentuk yang sempurna jika dibandingkan dengan makhluk lain. Kelebihan manusia dari makhluk lain tersebut janganlah dijadikan sebagai cara pandang untuk membanggakan diri. Manusia sebaiknya sadar juga akan keterbatasannya untuk menjadi khalifah di bumi ini. Manusia membutuhkan proses regenerasi untuk memimpin bumi ini. Manusia dibatasi oleh umur dan kelak pada hari kemudian akan dimintai pertanggung jawabannya terhadap apa yang sudah dilakukannya di muka bumi ini.
Proses regenerasi inilah yang dapat disebut juga sebagai proses perkaderan. HMI sebagai organisasi perkaderan memiliki tujuan yang berbunyi "Terbinanya insan akademis pencipta pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di Ridhoi Allah SWT". Proses perkaderan pada HMI mengedepankan pada terbinanya mahasiswa Islam menjadi insan Ulil Albab.
Menyimak kondisi yang sedemikian, HMI harus tetap mengambil peran sebagai organisasi perkaderan. Sebagai organisasi yang menfungsikan diri sebagai organisasi kader, maka setiap gerak langkah organisasi harus dilaksanakan dalam rangka memberdayakan para anggotanya yang secara implisit menjadi bagian yang harus di kader. Untuk menegaskan pemahaman kader HMI, diperlukan eksplanasi internal organisasi yang mendalam. Secara simultan organisasi bertanggung jawab terhadap pemahaman kepada para anggota. Dengan demikian, secara fungsional organsisasi, orang yang dipercaya sebagai pengurus dalam level manapun (komisariat, korkom, cabang, badko, maupun pengurus besar) harus dapat memainkan peran ini.
"Cadre is a small group of people who are specially chosen and trained for a particular purpose" (AS Hornby). Pola perekrutan kader dilakukan dengan mengutamakan kualitas tanpa mengesampingkan kuantitas. Prioritas perekrutan kader dilakukan di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan sederajat yang berkualitas. Kader HMI dipilih dan dilatih melalui berbagai tahapan, mulai dari Basic Training (Latihan Kader I), Intermediate Training (Latihan Kader II), dan Advance Training (Latihan Kader III). Tiap tahapan memiliki tujuan pencapaian masing-masing.
Pertumbuhan secara kuantitas tersebut belum diimbangi dengan kualitas manajemen perkaderan. Salah satu penyebab hal ini adalah terbatasnya sumber daya pengkader dan juga dana.
Perkaderan HMI pada masa sekarang bukannya lancar tanpa masalah apapun. Masalah-masalah tersebut secara optimis dipandang sebagai tantangan perkaderan. Tantangan-tantangan tersebut berasal dari internal maupun eksternal organisasi. Bahkan terkadang tantangan-tantangan tersebut muncul secara bersamaan. Sehingga dibutuhkan kematangan mental dan fisik untuk menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut.