Teman-Temanku. Kerabat. Handai Taulan.
Rakyat Nusantara Republik Indonesia.
Semoga semua dalam keadaan sehat walafiat.
Saya tau berat menghadapi pandemic Covid 19 di daerah masing-masing apalagi daerah yang sudah terpapar atau sudah ada pasien yang positif.
Mulai dari pemerintah, tenaga medis, tokoh masyarakat, tokoh agama, sampai setiap masyarakat telah berupaya, berusaha keras dan merasakan kesulitan.
Saya tau social distancing berat bagi masyarakat yang hanya menggantungkan kehidupannya pada pendapatan harian.
Para Ojol. Supir Angkutan Umum. Buruh harian. Dan semua masyarakat yang hanya bertahan hidup dengan upah untuk makan sehari saja.
Belum lagi kalau ada cicilan Rumah. kendaraan. Mobil. Motor dan tunggakan kebutuhan lainnya. .
Membaca group-group Transportasi Online, mereka semua mengeluh. Mereka semua kesulitan.
Mereka berteriak marah
"KAMI DIKEJAR HUTANG.
KAMI DIKEJAR COLLECTOR".
Namun dalam perbincangan di group itu
terlihat mereka saling menguatkan meskipun sebenarnya rapuh..
Masyarakat yang sedang tertekan ekonominya mulai menyalahkan pemerintah.
Para masyarakat religius juga ada sebagian mencibir tokoh agama.
Kenapa ibadah-ibadah ditiadakan?
Kenapa persekutuan kelompok beriman dibatasi?
Mereka lebih takut Corona daripada Tuhan.
Mereka lari dari Tuhan karena ketakutan akan virus.
Pemimpin Agama mulai menjadi sorotan.
Kompleksitas realita yang ditimbulkan karena mewabahnya covid 19 menghasilkan keputusan yang memiliki konsekwensi.
Secara pribadi, saya berusaha menyelami keadaan dan kebutuhan masyarakat yang tertekan karena ekonomi di tengah mewabahnya Virus Corona ini.
Mereka kesulitan.
Mereka beriman.
Namun mereka mulai kehabisan uang.
Kehabisan stock makanan.
Secara pribadi saya bukan anak Menteng seperti dilukiskan dalam lirik lagu Band Fenomenal dan Abadi Yakni Group Band Slank.
Kami keluarga juga mulai kesulitan dari segi ekonomi, kami mulai membiasakan makan seadanya untuk menghemat uang karena khawatir social distancing akan berlanjut.