Mohon tunggu...
Akmaluddin
Akmaluddin Mohon Tunggu... Dosen - Bermakna dengan Bahasa

Tertarik pada isu-isu bahasa, literasi, pendidikan dll.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjawab Pertanyaan Calon Penulis

21 November 2021   11:04 Diperbarui: 21 November 2021   12:56 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa harus menulis?

Pramoedya Ananta Toer pernah bekata “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Pernyataan ini cukuplah menjadi dasar bagi kita untuk menjawab pertanyaan mengapa harus menulis? Menulis adalah karakter masyarakat berperdaban. Tradisi menulis pula yang mendikotomi zaman menjadi zaman sejarah dan zaman prasejarah. Tulisan kita menjadi prasasti bagi orang-orang yang hidup setelah kita nanti bahwa kita pernah hidup pada zaman sekarang. Hal inilah yang tersirat pada akhir pernyataan Pram di atas. Lain Pramoedya, lain pula Cahyadi Takariawan, seorang penulis hebat dengan puluhan buku dan ribuan artikel di berbagai media online. Pak Cah, biasanya beliau disapa, pernah mengatakan bahwa menulis adalah bagian dari upaya memperpanjang usia kebermanfaatan kita. Boleh jadi usia biologis kita berkisar antara 60-80 tahun. Namun tulisan kita yang bermanfaat akan tetap hidup sepanjang orang-orang yang mengambil inspirasi dan ilmu dari tulisan kita masih hidup. Setidaknya dua pernyataan penulis hebat ini menjadi penggugah kesadaran kita sehingga tidak lagi ada pertanyaan mengapa harus menulis.

Apa yang bisa kita tulis?

Menulis pada dasarnya bagian dari cara kita mengekspresikan berbagai rasa. Ya, di situ ada susah, sedih, senang, marah, haru, penasaran, ambisi, dan lain-lain yang kadang-kadang semua rasa ini bergejolak dalam diri kita. Semua suasana hati ini bisa kita ekspresikan melalui tulisan yang dapat berbentuk fiksi, nonfiksi, dan faksi. Jika ditelisik lebih dalam, kita akan menemukan bentuk yang lebih spesifik dari berbagai genre ini. Tulisan fiksi misalnya, dapat berupa puisi, prosa, dan naskah drama. Prosa dapat dikemas dalam bentuk cerita pendek (cerpen), cerita bersambung (cerbung), atau novel. Sementara itu, nonfiksi dapat berupa artikel, opini, esai, biografi/autobiografi, feature, atau karya ilmiah. Jika tidak berupa fiksi dan tidak juga nonfiksi, pilihan lain adalah tulisan bergenre faksi yang mencoba memadukan antara keduanya. Misalnya membuat cerita fiksi berdasarkan kisah nyata, atau membuat fakta menjadi sebuah karya fiksi yang dilengkapi dengan bumbu-bumbu penyedap. Untuk karya tulis jenis faksi tidak ada kategori khususnya sehingga penulis bebas berekspresi. Bentuk-bentuk tulisan yang beraneka ragam ini memecah kebingungan calon penulis yang masih bertanya-tanya tentang apa yang bisa ditulis.

Bagaimana memulai menulis?

Pertanyaan lain yang sering muncul pada calon penulis adalah bagaimana memulai menulis? Pertanyaan ini menginginkan jawaban yang konkret karena biasanya penulis pemula merasa kebingungan ketika memulai menulis. Langkah pertama adalah menentukan topik atau tema tulisan. Bahasa sederhananya, tema itu adalah kita mau menulis tentang apa? Terdapat banyak topik atau tema tulisan yang bisa kita angkat. Tidak perlu tema-tema berat supaya tidak menjadi beban. Bagaimana pengalaman pribadi kita melewati hari-hari pandemi, pengalaman membersamai anak di rumah, pengalaman belajar dan mengajar di kelas, pengalaman di tempat kerja, dan lain-lain bisa menjadi tema tulisan kita. Memulai menulis bisa dengan tema-tema ringan ini, nanti ketika keterampilan menulis sudah terasah seiring dengan intensitas kita menulis, kita bisa beranjak ke tema-tema yang lebih berat misalnya ekonomi, politik, sosial, budaya, dan agama. Setelah mendapatkan tema, tahapan memulai menulis adalah membuat outline yaitu kerangka atau garis besar poin atau topik utama dari tulisan. Outline berfungsi mengarahkan sehingga kalimat-kalimat yang kita susun tidak keluar dari topik atau tema tulisan. Kerangka atau outline inilah yang kita kembangkan menjadi beberapa paragraf sehingga terwujud sebuah tulisan yang utuh.

Bagaimana tulisan kita bisa diterbitkan?

Tidak zaman lagi tulisan ditolak. Pernyataan ini tidaklah berlebihan karena saat ini setiap orang memiliki media sendiri. Perkembangan teknologi komunikasi memberikan kemudahan kepada kita selaku pengguna untuk mempublikasikan tulisan kita. Media online dengan berbagai jenisnya menjadi alternatif jika tulisan tidak bisa dimuat pada media cetak. Ada banyak media berbasis blog yang memungkinkan kita bisa memiliki akun dan mempublikasikan tulisan kita. Atau bisa juga membuat media sendiri misalnya blog sendiri dalam bentuk wordpress dan lain-lain. Media terbitan online ini terbuka 24 jam sehingga kapan pun penulis bisa mempublikasikan tulisannya. Daya jelajahnya pun lebih luas daripada media cetak karena saat ini internet telah merambah ke semua lapisan masyarakat baik di pelosok-pelosok desa terlebih di kota-kota besar. Penulis cukup membagikan tautan tulisannya ke berbagai platform media elektornik sehingga orang lain dapat membacanya. Media online ini di satu sisi betul-betul memberikan kemudahan bagi para penulis maka tidak perlu lagi ada kebingungan dan kekhwatiran tulisannya tidak dupublikasikan.   

Apakah setelah menulis ada honornya?

Pertanyaan ini agak pragmatis dan sering ditanyakan sebelum seseorang memulai menulis. Tidaklah salah dan berlebihan pertanyaan ini diajukan namun selayaknya tidak menjadi motivasi mendasar kita dalam menulis karena menulis ini adalah pekerjaan keabadian yang lebih berharga dari sekadar honor materi. Kalau pun pertanyaan ini kita jawab maka jawabannya adalah ya, menulis bisa mendatangkan honor bagi penulisnya. Penulis buku referensi, novel, kumpulan cerpen atau puisi, kontributor kolom opini di berbagai media cetak dan elektronik misalnya. Namun demikian, untuk sampai pada tahap ini tentu melewati proses yang panjang. Perlu latihan yang intensif dan motivasi menulis harus ditetap dijaga sehingga menulis menjadi budaya dalam hidup kita. Setelah sampai pada tahap ini menulis akan bisa menjadi salah satu sumber penghasilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun