Mengawali tahun baru 2019, pesta demokrasi terbesar di negeri ini semakin dekat, berbagai perbincangan terkait kedua kandidat pilpres 2019 semakin ramai dibicarakan, mulai dari perdebatan program hingga perdebatan karakter, para pendukung kedua kandidat makin gencar mengemukakan dukungannya di media sosial, penulis pun tertarik membahas mana yang lebih unggul di media sosial dan apa sebabnya.
Tidak dapat dipungkiri, pada kedua kubu terdapat beragam jenis pendukung, di antaranya pendukung fanatik, pendukung logis, pendukung ideologi, pendukung kelompok dan pendukung berdasarkan kepentingan masing masing.
Namun yang tidak enak dipandang yakni pendukung dengan akun palsu atau sering dinamakan akun robot atau buzzer, yang mana pendukung jenis ini hanya digunakan untuk meramaikan dunia maya agar dukungan kepada salah satu bakal calon terlihat makin besar, namun tentu saja tidak akan mengalahkan dukungan organik/dukungan dari individu asli.
Dari pengamatan beberapa ahli cyber, pendukung jenis buzzer/robot yang dimiliki oleh kubu Jokowi ternyata jauh lebih banyak dari akun buzzer yang mendukung Prabowo, entah kedua kandidat mengetahui hal ini atau buzzer ini dibiayai oleh orang sekitar kandidat demi kepentingan masing-masing, tak ada yang tahu pasti namun inilah kenyataannya.
Walau demikian media sosial tetap menunjukkan kekuatannya dimana setiap survey yang dikeluarkan di medsos tetap diungguli oleh kubu Prabowo, percaya tak percaya, penulis telah melakukan investigasi terkait keaslian dukungan akun media sosial yang memenangkan semua poling populer di medsos ternyata bukan ulah buzzer/robot.
Namun berbeda dengan akun pendukung petahana yang sangat sering terlihat status di berbagai group yang menyerang karakter, bahasa yang digunakan pun kasar, tak menggambarkan seorang pendukung yang cerdas, hal ini justru membuat dukungan kepada Jokowi semakin menurun.
Dari hal ini dapat disimpulkan mana capres usungan robot dan mana yang organik, walaupun tak dapat dikatakan akurat, namun publik dapat menilai dari hal ini, jelas yang meeginginkan pemimpin baru lebih banyak dibanding yang ingin 2 periode, dapat dilihat dari alasan mereka memilih calon masing masing.
Perbedaannya dapat dibaca dari nalar yang dikeluarkan pendukung jokowi yang kebanyakan dibawah rata-rata pemikiran manusia, terkadang bersifat emosional untuk membunuh karakter dengan menggoreng isu yang tidak laku dan terkadang mengeluarkan pendapat yang tidak masuk akal yang membuatnya termakan malu sendiri dengan sindiran oleh netizen lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H