Mohon tunggu...
Muhammad Akmal Latang
Muhammad Akmal Latang Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Melihat hidup ini dari perspektif sendiri, bukan mata orang lain

Kebaikan dan niat baik jangan dilihat darimana sumbernya !

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Media Bingung Bagaimana Selamatkan Gaya Jokowi yang Minim Literasi?

24 Desember 2018   17:00 Diperbarui: 24 Desember 2018   17:22 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : tribunnews.com

Penulisan berita yang berimbang adalah tugas dari jurnalis, harusnya seorang jurnalis dapat memberikan berita sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan namun yang akhir-akhir ini terlihat tidak seperti yang diharapkan. Dimana berita yang tidak penting sama-sekali terus digembar-gemborkan, sebaliknya ketika ada kejadian yang tidak menguntungkan bagi elektoral pemerintah maka sangat jarang ditampilkan, atau mungkin ditampilkan tapi dipelintir dahulu sedemikian hingga memiliki makna yang berbeda.


Penulis percaya mungkin saja wartawan yang berada di lapangan menulis secara detail apa yang terjadi khususnya yang berhubungan dengan pemerintahan, sosial dan ekonomi namun berbagai redaksi media mainstream yang jelas-jelas berpihak dengan pemerintah dengan seenaknya menyunting hingga memiliki makna yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

Hal ini menjadi menarik, karena hanya di rezim ini dan mungkin satu-satunya di dunia sebagai negara demokrasi, dimana kebanyakan media pemberitaan terlihat berpihak ke pemerintah bukannya turut mengawasi kinerja pemerintah, malah mengambil alih tugas dan fungsi humas pemerintah. Hal ini pula menjadi penyebab kenapa pidato Prabowo Subianto sebagai oposisi dari pemerintah banyak ditunggu untuk dipelintir oleh media pemberitaan.

Bukan hanya pidato Prabowo Subianto, namun siapapun tokoh yang berada di pihak Prabowo maka akan dihujani dengan berita yang seakan-akan apapun yang dikatakannya adalah salah dan keliru, begitupun sebaliknya. Pidato dari Joko Widodo yang bersumber dari kertas dipuji besar-besaran serta jarang menampilkan pidato Jokowi yang kerap kali blunder dan untuk membuat citra Jokowi harum maka diliput lah hal-hal pribadi Jokowi yang tidak penting sama sekali. Semisal ngevlog dengan keluarga, berkumpul di taman, ngasih makan kambing dan lain sebagainya.

Bukan penulis menjelek-jelekkan pidato Jokowi, namun sebagai presiden seorang Jokowi seharusnya bisa mewakili pemikiran orang banyak sebagai seorang insinyur harusnya kemampuan literasinya diatas rata-rata dan tidak lagi membutuhkan naskah untuk dibaca. Mungkin untuk mengingatkan data okelah, tapi bukan itu kata per kata pun dibacanya bukan mendiskreditkan tapi inilah fakta.

Berbagai wawancara oleh wartawan kepada Jokowi kerap kali menunjukkan gaya bicara yang minim literasi, hal ini bisa jadi karena tidak ada pemandu seperti kertas yang selalu dibawa oleh beliau ketika membacakan pidato di podium jadi setiap wartawan bertanya kadang diberikan jawaban yang nyeleneh tidak sesuai dengan yang diharapkan, hal ini tentu saja bukan lagi rahasia kadang bahkan Jokowi kabur tanpa menjawab satupun pertanyaan dari wartawan.

Patut dipertanyakan, apakah betul sikap dan jawaban Jokowi di depan media itu menandakan dirinya minim literasi ataukah secara tidak langsung Jokowi mengakui keadaan negara ini semakin memburuk di era pemerintahannya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun