Mohon tunggu...
Akmaliyatun Nissa
Akmaliyatun Nissa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta

Sedang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Momen Idhul Adha: Saatnya Mengurbankan Sifat Kebinatangan dalam Diri

11 Juni 2024   21:05 Diperbarui: 11 Juni 2024   22:01 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tidak lama lagi, tepat pada tanggal 17 Juni 2024, umat Islam di Indonesia akan merayakan Idul Adha, hari raya yang penuh dengan makna pengorbanan dan keikhlasan. Dalam perayaan ini, kita tidak hanya mengingat kisah Nabi Ibrahim dan Ismail yang sarat dengan nilai-nilai ketaatan dan kepatuhan kepada Allah, tetapi juga merenungkan pentingnya mengurbankan sifat-sifat kebinatangan dalam diri kita. Idul Adha tahun ini menjadi momen yang tepat untuk melakukan introspeksi dan memperbaiki kualitas diri, memanfaatkan hikmah dari setiap langkah ibadah kurban yang kita laksanakan. Salah satu refleksi penting dari perayaan ini adalah perlunya mengurbankan sifat-sifat kebinatangan dalam diri kita, yakni sifat-sifat negatif yang sering kali mendominasi perilaku kita sehari-hari.

Makna Idul Adha dalam Islam

Tradisi kurban dalam Idul Adha berakar dari kisah Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengurbankan putranya, Ismail AS. Dalam kepatuhan dan ketulusan hatinya, Nabi Ibrahim AS siap melaksanakan perintah tersebut, namun Allah SWT menggantinya dengan seekor domba sebagai bentuk ujian yang telah dilalui dengan baik. Kisah ini mengajarkan kita tentang ketulusan, pengorbanan, dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah SWT.

Hewan kurban yang kita sembelih setiap Idul Adha bukan sekadar ritual tanpa makna, melainkan simbol dari pengorbanan yang lebih besar dalam kehidupan sehari-hari. Kurban ini seharusnya mengingatkan kita untuk mengikis sifat-sifat kebinatangan dalam diri, seperti egoisme, keserakahan, dan sifat-sifat negatif lainnya yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Sifat Kebinatangan dalam Manusia

Sifat kebinatangan yang dimaksud di sini merujuk pada naluri dasar dan dorongan primitif yang cenderung negatif, seperti keserakahan, kemarahan, nafsu yang berlebihan, dan egoisme. Walaupun sebagai manusia kita dilengkapi dengan naluri ini, kita juga diberi akal dan hati nurani yang memungkinkan kita untuk mengendalikan dan mengarahkannya ke jalur yang lebih positif. Mengurbankan sifat kebinatangan berarti berusaha mengendalikan dorongan-dorongan ini dan menggantinya dengan sifat-sifat yang lebih baik dan mulia.

Idul Adha adalah waktu yang tepat untuk merenungkan dan berusaha mengurbankan sifat-sifat kebinatangan ini. Berikut adalah beberapa cara bagaimana kita bisa melakukannya:

  • Keserakahan menjadi kedermawanan

Dalam kehidupan modern, keserakahan sering kali memotivasi kita untuk terus mengejar kekayaan dan materi tanpa henti. Idul Adha mengajarkan kita untuk berbagi dengan sesama, terutama dengan mereka yang kurang beruntung. Ibadah kurban adalah simbol nyata dari kedermawanan, di mana kita menyisihkan sebagian dari rezeki kita untuk memberi kepada yang membutuhkan. Hal ini dapat menjadi latihan spiritual yang mengajak kita untuk lebih dermawan dan peduli terhadap orang lain.

  • Kemarahan menjadi kesabaran

Kemarahan adalah emosi destruktif yang dapat merusak hubungan dan menimbulkan banyak masalah dalam hidup kita. Melalui ibadah kurban, kita diajarkan untuk menahan amarah dan mengendalikan emosi. Proses penyembelihan hewan kurban bisa menjadi momen refleksi tentang pentingnya mengendalikan nafsu dan emosi negatif. Kesabaran adalah kunci untuk menghadapi berbagai tantangan dalam hidup dengan kepala dingin dan hati yang tenang.

  • Nafsu berlebihan menjadi pengendalian diri

Nafsu yang tidak terkendali dapat membawa kita pada tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Idul Adha mengingatkan kita untuk selalu mengendalikan nafsu dan menjaga keseimbangan dalam hidup. Pengendalian diri adalah kemampuan untuk menahan godaan dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika. Dengan mengendalikan nafsu, kita bisa mencapai kehidupan yang lebih harmonis dan damai.

  • Egoisme menjad kepedulian

Egoisme adalah sikap yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan orang lain. Idul Adha mengajarkan kita untuk menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi. Ini adalah saat yang tepat untuk menumbuhkan rasa empati dan kepedulian sosial. Dalam konteks masyarakat, kepedulian terhadap sesama akan menciptakan solidaritas dan kebersamaan yang kuat, yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi berbagai tantangan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun