Ayat 11 Surat Al-Mujadalah ini menggariskan perintah agar setiap orang menjaga akhlak yang santun dalam pertemuan dan akhlak yang santun kepada Rasulullah SAW. Surat Al-Mujadallah merupakan salah satu surat dalam Al-Qur'an yang memiliki 22 ayat. Surat ini diturunkan di Madinah. Surat ini diturunkan setelah Surat Al-Munafiqun.
Surat ini termasuk golongan madaniyah. Surat tersebut diberi nama "al-Mujadalah" (Wanita Pengaju Gugatan) karena keberatan yang diajukan oleh seorang wanita di awal surat. Namanya juga "al-Mujadalah", yang berarti debat. Dalam ayat 11 dijelaskan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan orang yang berilmu.
Ayat 11 Q.S. Al-Mujadalah menguraikan tentang tata cara setiap orang berperilaku sopan dalam pertemuan dan perintah untuk bersikap sopan kepada Rasulullah. Dalam surat ini dijelaskan bahwasannya adab tidak kalah penting dibandingkan dengan ilmu yang kita miliki, karena dengan adab lah ilmu akan masuk kedalam hati-hati yang suci.
Adapun isi Q.S. Al-Mujadalah Ayat 11 terkait dengan akhlak dan pendidikan yaitu:Â
Pertama, kajian tekstual. Dalam Al-Qur'an, ilmu merupakan keistimewaan yang menjadikan manusia unggul dan unggul dari makhluk hidup lainnya dalam rangka menjalankan kekhalifahan di muka bumi ini. Pada saat yang sama, menurut Al-Qur'an, manusia memiliki potensi untuk memperoleh ilmu dan mengembangkan ilmu dengan izin Allah. Allah telah berkali-kali menunjukkan betapa tinggi derajat dan kedudukan orang yang berilmu.
Kedua, penelitian kontekstual. Al-Qur'an memberitahukan kepada manusia bahwa ada beberapa alat yang dapat digunakan untuk memperoleh ilmu, antara lain: (1) panca indera dan akal, yaitu ada empat cara yang dapat digunakan untuk memperoleh ilmu, yaitu pendengaran, mata ( penglihatan), akal dan pikiran; (2) Pengamatan dan coba-coba , pengamatan, percobaan dan probabilitas (test kemungkinan); (3) Kebijaksanaan dan refleksi.
Selain mata, telinga dan pikiran juga merupakan sarana untuk memperoleh pengetahuan. Al-Qur'an juga menekankan pentingnya kesucian hati. Jika hati seseorang suci, maka ilmu akan mudah diperoleh dan dipahami dengan baik. Maka dari itu betapa pentingnya Takziah al-Nafs (penyucian jiwa) untuk hidayah (bimbingan dan pengajaran serta tuntunan Allah).
Dosen Pengampu: Dr. Hamidullah Mahmud, M.A.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H