Mohon tunggu...
Akmal Aulia
Akmal Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mengabadikan kenangan dalam tulisan.

Mencinta, membaca, dan mencipta..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ajaran-ajaran dalam Naskah Wawacan Piwulang Istri

27 Desember 2021   03:39 Diperbarui: 27 Desember 2021   06:56 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Naskah wawacan Piwulang Istri merupakan ajaran atau nasihat bagi seorang istri atau perempuan yang akan berumah tangga. Namun, ajaran-ajaran tersebut dapat pula ditujukan kepada pasangan suami istri dan orang yang akan memilih pasangan hidup untuk berumah tangga. Ajaran-ajaran tersebut terangkum dalam 16 perkara. Pesan-pesan yang terkandung dalam naskah tersebut mengutamakan budi pekerti.

Dari beberapa ajaran yang terangkum dalam 16 perkara terdapat pesan yang menunjukkan bagaimana seorang istri harus berprilaku; bagaimana prilaku seorang istri agar mengerti, menghargai, dan menyenangkan suaminya.

41

Lamun keur pundung salaki,

henteu meunang dilawanan,

aww kudu nyolonda,

kitu adat pernatana,

mokaha mun dibaeudan,

ulah dilawanan pundung,

kudu tarima wayahna.

Bait ke-41 tersebut merupakan bagian dari perkara ketujuh dalam wawacan tersebut. Bait tersebut mengajarkan bahwa seorang istri tidak boleh memarahi atau melawan suaminya yang sedang emosi. Pesan dari ajaran tersebut menunjukkan bahwa seorang istri harus mengerti keadaan hati atau emosi suaminya, tanpa melawan atau terbawa emosi.

44

Sapuluh perkara deui,

ulah miheulaan dahar,

kudu babarengan ba,

atawa rosodanana,

anging mun dipiwarang,

ta matak jadi lulus,

jeung tambah pikanyaah.

Bait ke-44 merupakan perkeraka kesepuluh dalam wawacan. Bait tersebut mengajarkan bahwa seorang istri tidak boleh makan mendahului suaminya. Pesan dari ajaran tersebut menunjukkan bahwa seorang istri harus menghargai suaminya.

45

Sawelas perkara deui,

lampah istri nu utama,

anu carog ngajak sar,

eta kudu geuwat gancang,

ulah sing sarwa diselang,

najan sar lain usum,

geus puguh lamun mangsana.

 

46

Kaduawelas perkawis,

lamun keur dipasaran,

ulah ra teuing omong,

bisi kalangsu aya ucap,

temahna matak pasa,

miomong nu hanteu patut,

nu matak nungtun amarah.

Bait ke-45 merupakan perkara kesebelas dalam wawacan. Bait tersebut mengajarkan bahwa seorang istri harus cepat menuruti ajakan suaminya untuk berhubungan intim dengan tidak melakukan hal-hal lain terlebih dahulu. Kemudian, bait ke-46 merupakan perkara kedua belas dalam wawacan yang mengajarkan bahwa seorang istri tidak boleh banyak bicara ketika berhubungan intim agar tidak terjadi perdebatan yang berujung pada kemarahan. Pesan dari dua ajaran tersebut menunjukkan bahwa seorang istri harus menyenangkan suaminya.

Selanjutnya, terdapat ajaran tentang apa yang harus dilakukan seorang istri dalam keadaan tengah bertengkar dengan suaminya, kemudian datang tamu yang berkunjung ke rumahnya. . Seperti yang terdapat pada bait berikut.

48

Kaopatwelas dicatur,

tataning istri sajati,

lamun urang keur pasa,

atawa keur juwet ati,

jebul smah anu nganjang,

leungitkeun ulah kaciri.

 

49

Ulah katara jamedud,

budi ucap kudu manis,

bari ngurus keur nyuguhan,

lamun keur teu boga duit,

dibelaan anjuk hutang,

ulah nembongkeun kaisin.

 

50

Ari nyuguhan tatamu,

pirang-pirang hadis Nabi,

yen gede ganjarannana,

ulah sok ngingetkeun rugi,

suguhan saaya-aya,

geus tangtu ditambah rajeki.

Ketiga bait di atas merupakan perkara keempat belas dalam wawacan. Perkara keempat belas tersebut mengajarkan bahwa seorang istri tidak boleh menunjukkan kamarahannya kepada suami ketika ada tamu yang berkunjung. Kemudian, seorang istri harus bertutur kata dengan baik dan manis sekaligus menjamu tamunya dengan baik.

Selain itu, terdapat pula ajaran bagi seorang istri untuk merawat diri. Ajaran tersebut dapat dilihat dari kedua bait berikut.

55

Kagenepwelas dicatur,

sing bisa miara diri,

tegesna kudu berska,

unggal po kudu mandi,

dina kulit lilipitan,

kosokan mangka beresih.


56

Tai bujal tai kuku,

dage klk sing beresih,

ngaleungitkeun babasean,

bau hapeuk bau tengi,

tuluy mak seuseungitan,

sampurna istri sajati.

Bait ke-55 dan ke-56 merupakan perkara keenam belas atau terakhir dari wawacan. Perkara terakhir tersebut mengajarkan seorang istri untuk merawat diri atau berseka dengan mandi setiap hari dengan bersih, serta menggunakan wewangian guna menjadi seorang istri sejati.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa naskah wawacan Piwulang Istri merupakan ajaran-ajaran yang sangat bermanfaat bagi pasangan suami istri atau seseorang yang akan berumah tangga. Ajaran-ajaran yang dapat menjaga keharmonisan dalam rumah tangga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun