Mohon tunggu...
Afrizal Akmal
Afrizal Akmal Mohon Tunggu... wiraswasta -

Lahir di Sigli, 1974. Menaruh minat kepada konservasi alam dan kampanye penyelamatan lingkungan hidup. Pengalaman bekerja pada investigasi kasus-kasus sumber daya alam di Aceh, menjadikannya gemar menulis artikel, terutama yang berkaitan dengan isu lingkungan hidup dan realitas sosial lainnya. Menulis buku: "Aceh dalam Kekacauan Ekologi", (2009), buku: "Kita Sedang Sinting", (2012). Selalu bersedia di hubungi di email: akmal_senja@yahoo.com •

Selanjutnya

Tutup

Nature

Tradisi Baru Menyelamatkan Bumi

11 Mei 2013   22:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:43 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Cara yang efektif mengajak anak mencintai lingkungan hidup salah satunya adalah dengan memperkenalkan pohon kepada mereka sejak dini. Tidak cukup dengan bercerita, melihat gambar dan membaca di buku. Namun sangat penting untuk memperkenalkannya secara langsung di alam, bisa dimulai dari menyemai benih, menanam bibit pohon di polibag dan merawatnya di kebun. Jadikan menanam pohon menjadi gaya hidup anak-anak kita.

Orangtua berperan penting dalam mengajak anak untuk mencintai pohon. Jika tidak memiliki tempat yang luas untuk membangun nursery, cobalah siasati dengan membuat greenhouse mini di beranda atau teras rumah sekalipun dengan pot atau polibag.

Mengajari anak untuk mencintai pohon perlu dilakukan dengan cara yang inspiratif dan dapat mendorong semangat mereka untuk ikut melibatkan diri. Salah satu yang dapat dilakukan bersama anak-anak kita adalah dengan menciptakan kegemaran dan kebanggaan menanaman pohon keras seperti pohon jabon, jati dan lain-lain, diikuti dengan pemberian pemahaman tentang pentingnya menanam pohon.

Saya bersama keluarga selalu membibitkan sendiri pohon Jabon, menanamnya di lahan kebun dan mengajak masyarakat sekitar untuk turut melakukan hal yang sama. Dengan harapan, pohon-pohon yang mereka tanam hari ini dapat memberi kesejahteraan bagi mereka di masa depan. Cara menabung semacam ini (menabung pohon) menjadi gaya hidup baru di keluarga kami.

Pohon-pohon akan memberikan keuntungan yang istimewa. Jika anak kita berusia 3 tahun pada saat menyemai benih jabon yang daur panennya 6 tahun setelah tanam, maka pada ulang tahunnya yang ke 9 dia sudah dapat memanen tabungannya sendiri dari investasi hijau ini. Sebuah kado ulang tahun yang sangat istimewa.

Beginilah cara menabung di keluarga kami. Namun tidak berhenti disitu, kami juga mengajak masyarakat sekitar setelah memulainya dari diri sendiri. Namun perlu diingat, hindari menanam pohon secara monokultur. Tanamilah dengan beberapa jenis pohon yang berbeda (heterokultur) agar tidak rentan hama dan kebakaran. Beberapa model tumpangsari juga dapat diuji coba untuk meningkatkan potensi lahan dan menambah penghasilan.

Menabung pohon berarti membangun kesadaran lingkungan. Secara tidak langsung telah ikut membangun masyarakat yang visioner dan mandiri, mendorong banyak orang untuk menyiapkan biaya pendidikan untuk putra-putri mereka dengan ramah, lari dari pengangguran dan mapan dalam menghadapi krisis di masa depan.

Cara seperti ini diharapkan dapat menjadileading sector (sektor utama) pemenuhan bahan kayu yang menjanjikan, minimal untuk pemenuhan kayu bagi kebutuhan lokal. Sasaran jangka panjangnya adalah terbentuknya kebun kayu yang diusahakan masyarakat, guna memproduksi atau memenuhi kayu legal bagi pembangunan secara berkelanjutan. Sebab mau-tidak mau, pembangunan infrastruktur memerlukan bahan kayu yang tidak sedikit.

Menabung pohon dapat bertujuan menunjang pertumbuhan industri perkayuan dengan penyediaan bahan baku yang berkesinambungan. Disisi lain, menabung pohon juga dapat meningkatkan potensi lahan, terutama pada lahan-lahan yang selama ini tidak produktif, seperti areal semak belukar, alang-alang maupun tanah gundul. Beberapa komunitas masyarakat akan terbantu ekonominya jika gaya hidup menabung pohon semacam ini menjadi tradisi baru di dalam masyarakat kita untuk menyelamatkan bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun