Mohon tunggu...
Akmal M Roem
Akmal M Roem Mohon Tunggu... wiraswasta -

menyukai sesuatu yang mudah dipahami, enak dibaca, segar untuk dicerna, senang untuk dikerjakan. Guru SM-3T Aceh. Mengajar di pedalaman Kalimantan Barat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Saat Kita Ingat dan Lupa

15 Januari 2010   05:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:27 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

I
Matannya begitu dingin, ada kesunyian yang tiba-tiba hinggap di sana
Ia mengadahkan tangan sembari meminta pada tuhan agar sakitnya bisa dihapuskan
Dalam malam yang gamang, ia menyisir sepi di paruh waktu sunyi
Ah, terlalu hina mereka manggap lapar itu kutukan, sial

:Antara keinginan yang tak terwujud
mungkinkah menyalahkan sujud yang tak benar-benar kau pahami?

II
Dalam hiruk pikuk ketika ombak menyerang dari laut yang telah kau sakiti
kau harap Nuh pulangkan bahtera untuk menjemputmu
tapi sayang, begitu hebatnya ombak memangsa seluruh semesta
kau pun hanya bisa terpana karena Nuh telah pergi sejak dulu meninggalkan bahteranya
yang ditertawakan orang

saat langit enggan terang
petir menyerang dengan suara-suara gelegar yang begitu hebatnya
tasbih berucap gema, ingat dosa penuh catatan nista

dimana kau tempatkan hati yang lemah itu
ketika Tuhan memberikanmu cahaya dari tampat yang maha luas?
Kau hanyab bisa diam,
bahkan tak pernah sadar sewaktu-waktu tuhan bisa murka!

III
Ia mulai mencari dunia yang baru
Pagi menjulang tinggi,
menyapu beningnya embun di pucuk-pucuk waktu

kau bergegas tinggalkan suara tilawah yang memuhi sudut-sudut kesunyian

begitu terkutuk!

Kau bergegas tinggalkan suara jerit ayam mengusir malam
Dengan membawa asa agar bisa bahagiakan hati
Tapi, disaat kau menemukan satu genggam kejayaan
Kau menumpuknya agar bisa kau nikmati sendiri
dan celakalah kau lupa memberi

:Tuhan tak pernah diam melihat yatim yang kau telantarkan.
Bukankah hidup ini harus saling memberi?

IV
Kata-kata pun diam seperti waktu
Manusia-manusia semakin girang melihat cahaya mata di dunia
Sungguh mereka memuja harapan yang semu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun