Dalam tradisi Islam, adab dan ilmu memiliki kedudukan yang sangat penting. Keduanya saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan. Namun, dalam konteks dakwah, sering muncul pertanyaan: mana yang lebih utama, adab atau ilmu? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bisa merujuk pada pernyataan Gus Miftah yang sempat viral ketika ia spontan menyebut penjual es teh dengan kata "goblok". Kasus ini memberikan kita pelajaran berharga tentang pentingnya adab dalam menyampaikan ilmu.
penting untuk memahami bahwa adab merupakan fondasi dari semua bentuk interaksi manusia, termasuk dalam menyampaikan ilmu. Dalam Islam, adab mendahului ilmu karena adab adalah refleksi dari akhlak yang baik dan akhlak merupakan inti dari ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad). Ini menunjukkan bahwa akhlak, yang mencakup adab, adalah misi utama dari dakwah Islam.
Kedua, Gus Miftah, sebagai seorang tokoh agama yang memiliki pengaruh besar, seharusnya menjadi teladan dalam hal adab. Meskipun beliau memiliki ilmu yang luas, ucapan yang merendahkan orang lain dapat menimbulkan persepsi negatif terhadap dakwah itu sendiri. Dengan kata lain, ilmu tanpa adab dapat menyebabkan seseorang kehilangan kredibilitas.
Adab juga melibatkan sikap tawadhu' atau rendah hati. Seorang dai harus menyadari bahwa ia hanyalah perantara dari ilmu Allah dan harus menyampaikan ilmu dengan penuh kerendahan hati. Imam Malik pernah berkata, "Belajarlah adab sebelum belajar ilmu." Ini menegaskan bahwa adab adalah prasyarat penting dalam menuntut dan menyampaikan ilmu.
Ilmu tanpa adab dapat menimbulkan kesombongan dan merasa diri lebih baik daripada orang lain. Hal ini sangat berbahaya karena dapat merusak niat dakwah itu sendiri. Seorang dai yang menyampaikan ilmunya dengan cara yang tidak beradab dapat dianggap sombong dan tidak ikhlas. Seperti kutipan yang disampaikan oleh salah satu tokoh agama Ismael al kholilie di akun instagramnya degan judul "sang penceramah dan kekuatan langit orang lemah" dalam postingan tersebut terselip kata beliu yang mendengar dari gurunya bahwa menghancurkan perasaan seorang mu'min bagi Allah lebih berat daripada menghancurkan ka'bah, sebuah pelajaran penting bagi kita, jangan meremehkan perasaan orang lemah yang tersakiti. Dan diakir postingannnya terdapat selipan kata bahwa ada sabda baginda nabi 1400 tahun lalu,seakan sedang membicarakan kejadian viral hari ini "Seorang laki-laki mengucapkan satu kalimat untuk membuat tertawa orang-orang yang duduk dengannya, karena satu kalimat itu ia terjatuh jauh sekali, lebih jauh dari binatang tsuraya (hadis riwayat ibnu hibban)".
Pada akhirnya, adab dan ilmu harus berjalan beriringan. Keduanya saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Seorang dai yang beradab tetapi tidak memiliki ilmu yang cukup tidak akan efektif dalam menyampaikan dakwah. Sebaliknya, seorang dai yang berilmu tetapi tidak beradab juga tidak akan berhasil. Oleh karena itu, dalam konteks dakwah, seperti yang terlihat dalam kasus Gus Miftah, sangat penting untuk selalu menyeimbangkan antara adab dan ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H