Wasathiyah berasal dari kata wasatha yang berarti adil atau sesuatu yang berada dipertengahan. Islam wasathiyah adalah Islam yang berada di antara dua titik ekstrem yang saling berlawanan yaitu taqshir (meremehkan) dan ghuluw (berlebih-lebih) atau bisa juga dikatakan antara liberalisme dan radikalisme.
Islam wasathiyah merupakan ajaran ulama yang selama ini dianut dan diamalkan umat Muslim di Indonesia. Islam yang cinta damai, toleran dan menerima perubahan demi kemaslahatan, dimana pemikiran tersebut sejalan dengan firman Allah dalam surat Al-Balqarah ayat 143;
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang wasath (adil) dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. ..."
Kata 'wasath' merepresentasikan watak Islam, tidak ekstrem kiri yang menjauhkan agama dari kehidupan manusia dan juga tidak ekstrem kanan yang selalu mengatasnamakan agama dan merasa paling benar demi menegakkan perintah Allah SWT meski jauh dari nilai humanis.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, ajaran 'wasath' yang diajarkan dan diturunkan oleh para ulama Indonesia terdahulu ini mengalami pergeseran bersamaan dengan masuknya ajaran keagamaan yang bertentangan dengan prinsip 'wasath' ke tanah air. Oleh karena itu mulailah muncul kelompok Islam yang intoleran, eksklusif, mudah mengkafirkan dan sangat gampang bermusuhan dan berkonflik terhadap sesama muslim yang tidak sepaham dengan pemahaman kelompoknya.Â
Perlu kita sadari bahwa 'wasathiyah' adalah kunci penting untuk menciptakan kehidupan keagamaan yang rukun, harmonis, damai, dan seimbang. Baik itu kehidupan pribadi, keluarga, maupun hubungan sesama manusia secara keseluruhan. 'Wasathiyah' atau moderat merupakan konsep pemikiran Islam yang mengarahkan umatnya untuk bersikap adil dan seimbang dalam setiap hal tanpa terkecuali. Jika kita dapat mengimplementasikan prinsip 'wasathiyah' maka akan terhindar dari apa yang namanya radikalisme.
Umat Islam harus senantiasa berada di tengah untuk menegakkan keadilan dan kebenaran serta membela yang hak dan melenyapkan kebatilan. Berada ditengah-tengah antara orang-orang yang mementingkan duniawi (kebendaan) yang melupakan hak-hak ketuhanan dan cenderung kepada memuaskan hawa nafsu dan orang-orang yang mementingkan ukhrawi (akhirat) orang-orang yang berlebih-lebihan dalam soal agama sehingga melepaskan diri dari segala kenikmatan jasmani dengan menahan dirinya dari kehidupan yang wajar.Â
'Wasath' juga berarti terbaik diantara seluruh umat, bahkan sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur'an akan menjadi saksi bagi seluruh umat manusia. Allah SWT menurunkan agama Islam sebagai agama paripurna dan di design oleh Allah SWT memang telah tertanam didalamnya watak 'wasathiyah' yang berada ditengah dan toleran terhadap agama-agama dan kepercayaan lain. Jika kita dapat mengaktifkan sikap 'wasath' dalam diri yang memang sudah ditanamkan oleh Allah SWT pada masing-masing kita, maka kondisi apapun kita akan tetap ajeg berada tetap di tengah-tengah dan tidak berubah dengan kokohnya, tetap adil dan toleran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H