Indonesia. Radikalisme masih terus menyebar melalui berbagai celah di berbagai lini. Dan salah satu tantangannya adalah, tidak semua orang sadar bahwa dirinya telah terpapar radikalisme. Mereka masih merasa paling benar, merasa paling suci dan dengan mudahnya menyesatkan atau mengkafirkan orang lain. Praktek semacam ini tentu harus menjadi kekhawatiran kita bersama.
Radikalisme masih menjadi hal yang mengkhawatirkan diIndonesia merupakan negara yang mendapatkan bonus demografi. Dimana jumlah generasi mudanya lebih banyak. Artinya, jumlah masyarakat yang usia produktif lebih mendominasi. Tentu saja hal ini menjadi sebuah keberuntungan sekaligus kelebihan. Namun jika tidak bisa mengelola dengan baik, tentu hal akan bisa menjadi buntung, alias menyulitkan semua pihak. Contohnya, tingkat kriminalitas bisa didominasi anak muda. Pelaku tindak pidana terorisme banyak didominasi anak muda. Namun juga banyak anak muda yang sukses, dan memberikan kontribusi positif bagi negara.
Karena itulah, untuk menuntun generasi muda berjalan di relnya, perlu upaya untuk membantu generasi muda mengedepankan literasi dan tidak mudah terpapar radikalisme. Pendidikan literasi media dan informasi dapat membantu generasi muda dalam memahami cara-cara yang tepat untuk mengonsumsi informasi, menganalisis kebenaran berita, dan mengidentifikasi berita palsu atau provokatif. Melalui pemahaman yang baik tentang literasi media, generasi muda dapat menjadi lebih kritis dan cerdas dalam menyaring informasi yang diterima.
Pendidikan agama yang mengedepankan nilai-nilai toleransi, kerukunan, dan perdamaian, juga sangat penting untuk mencegah radikalisme. Generasi muda perlu diberikan pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kasih sayang, keadilan, dan persatuan. Dengan demikian, mereka akan memiliki landasan yang kuat dalam menjaga kedamaian dan menghindari sikap radikal.
Generasi muda juga perlu meningkatkan keterlibatan dalam diskusi dan debat terbuka, mengenai isu-isu sosial, politik, dan keagamaan dapat membantu mereka dalam mengembangkan pemikiran kritis dan toleransi. Melalui dialog yang konstruktif, generasi muda dapat belajar untuk menghargai perbedaan pendapat, mendengarkan sudut pandang yang beragam, dan mencari solusi yang bersama-sama.
Menyediakan akses kepada sumber informasi yang dapat dipercaya dan berkualitas dapat membantu generasi muda dalam mengakses informasi yang benar dan akurat. Institusi pendidikan, perpustakaan, dan media massa dapat berperan dalam menyediakan informasi yang seimbang dan tidak tendensius. Dengan demikian, generasi muda dapat lebih mudah mengakses informasi yang membangun dan mendukung pemikiran rasional.
Mendorong generasi muda untuk mengekspresikan diri melalui kreativitas, seni, dan aktivitas positif lainnya dapat membantu mereka dalam mengembangkan kepribadian yang positif dan membangun rasa percaya diri. Melalui ekspresi positif, generasi muda dapat menyalurkan energi mereka ke arah yang produktif dan membangun hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitarnya.
Dengan mengedepankan pendidikan literasi media dan informasi, pembekalan pendidikan agama yang toleran, mendorong keterlibatan dalam diskusi dan debat terbuka, menyediakan akses kepada sumber informasi yang dapat dipercaya, dan mendorong kreativitas dan ekspresi positif, generasi muda dapat lebih terlindungi dari paparan radikalisme dan lebih mampu menjaga persatuan serta toleransi dalam masyarakat.
Dengan berbagai ragam aktifitas diatas, serta dalam upaya meningkatkan literasi, diharapkan bisa menjauhkan generasi penerus bangsa ini dari paparan bibit radikal. Seperti kita tahu, Indonesia adalah negara besar. Sudah semestinya generasi penerusnya bisa merangkul keberagaman, bukan justru memukul dan mempersoalkan keberagaman tersebut. Salam persatuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H