agama, masih saja sering terjadi. Di berbagai media sosial, hal ini masih bisa kita lihat hingga saat ini. Tujuannya bermacam. Ada yang sekedar menebarkan provokasi, tapi ada juga tujuan yang lebih luas. Yaitu membuat kegaduhan, demi memasukkan propaganda radikalisme di kalangan generasi muda.
Provokasi yang mengatasnamakanYa, keberadaan kelompok radikal seringkali berada di belakang provokasi kebencian yang mengatasnamakan agama di negeri ini. Tujuannya adalah agar untuk memasukkan konsep khilafah, yang jelas tidak relevan diterapkan di Indonesia. Khilafah selalu mempersoalkan keberagaman. Sementara Indonesia tak bisa lepas dari yang namanya keberagaman. Bahkan Tuhan menciptakan bumi ini penuh dengan keberagaman. Lalu, kenapa mereka yang mengatasnamakan bagian dari Islam itu justru menolak keberagaman?
Agama atau spiritualitas semestinya bisa meluruskan yang salah. Bukan justru melanggengkan kesalahan dengan pembenaran yang tidak tepat. Agama apapun tidak ada yang mengajarkan tindak kekerasan. Agama apapun justru mengajarkan berbuat kebaikan, saling menghargai dan menghormati antar sesama. Jika kita mengaku seseorang atau kelompok yang religius tapi masih menebar kebencian, masih curiga terus dengan orang lain, sebaiknya mulai introspeksi. Agama pada dasarkan merupakan media atau jalan, untuk mengantarkan pada jalan yang benar. Agama bukanlah media untuk mencari pembenaran.
Sebaga negara majemuk yang berisi berbagai keberagaman suku, agama, bahasa dan budaya, toleransi tentu menjadi hal yang sangat penting. Adat istiadat mempunya keragaman yang tak terhingga. Antar suku punya tradisi dan budaya yang berbeda. Antar pemeluk agama, punya keyakinan yang berbeda. Perbedaan itulah yang seringkali menjadi subyek persoalan, lalu dibenturkan dengan ajaran agama tertentu.
Perlu keterlibatan para tokoh, baik itu tokoh agama, tokoh politik dan tokoh masyarakat, untuk meluruskan informasi yang menyesatkan. Jangan lagi justru memperkeruh suasana, untuk kepentingan sesaat. Kita sebagai masyarakat juga harus cerdas. Jangan mudah terprovokasi informasi menyesatkan, yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan. Ingat, Indonesia adalah negara besar yang kaya akan sumber daya alam dan segalanya. Jika bukan kita yang merawatnya, lalu siapa lagi.
Semangat menciptakan Indonesia damai harus menjadi komitmen bersama. Tak terkecuali presiden dan wakil presiden terpilih beserta jajaran pemerintahan yang nanti akan dibentuk. Mareka juga harus mempunyai komitmen yang sama, untuk menghindarkan Indonesia dari politik perpecahan. Karena Indonesia tidak butuh pemimpin yang pintar memutar balikkan fakta. Indonesia tidak butuh pemerintah yang pintar. Indonesia butuh pemimpin dan pemerintah yang paham dan mengerti, agar bisa mengambil keputusan yang tepat demi terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H