Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mitigasi Penyebaran Radikalisme di Tengah Kemajuan Teknologi

28 Juli 2024   03:29 Diperbarui: 28 Juli 2024   03:29 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerakan Cinta Damai - jalandamai.org

Seiring perkembangan waktu, kita tidak bisa membendung perkembangan teknologi. Dulu, banyak aktifitas dilakukan secara offline, kini segala sesuatunya serba online. Dulu, aktifitas harus dilakukan di dunia nyata, kini banyak aktifitas bisa dilakukan di dunia maya. Untuk mendapatkan akses informasi, tidak harus datang ke perpusatakaan, tapi bisa diakses dari rumah melalui internet.

Pada dasarnya, teknologi dibuat untuk membantu aktifitas manusia. Karena itulah, perkembangan teknologi pada dasarnya untuk mewujudkan pola yang lebih cepat dan efisien. Namun seiring perkembangan waktu, teknologi yang bisa dilakukan untuk hal-hal positif itu, justru disalahgunakan untuk hal-hal yang negatif. Salah satunya adalah dilakukan untuk menyebarkan propaganda radikalisme di dunia maya.

Propaganda radikalisme di dunia maya, pada dasarnya sudah dilakukan sejak ISIS mulai unjuk gigi di jaringan teroris internasional. Setelah mereka berhasil menguasai sebagian Iraq dan Suriah ketika itu, mereka meminta agar para pengikutnya menguasai media sosial, untuk melancarkan propaganda radikalisme. Lalu, mungkinkah aksi terorisme dilakukan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi? Sangat mungkin terjadi.

Saat ini, kelompok ISIS mulai menggunakan teknologi seperti deepfake dan chatbot, untuk memproduksi konten radikalisme dan ekstrimisme di dunia maya. Bahkan kelompok Al Qaeda dikabarkan juga sudah melakukan sosialisasi ke seluruh jaringannya, dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan ini. Dengan fakta ini, tidak menutup pemungkinan, aksi terorisme kedepan tidak lagi menggunakan secara fisik, tapi bisa dilakukan secara online, dengan menyalahgunakan kecanggihan kecerdasan buatan ini.

Teknologi telah memasuki semua lini kehidupan manusia. Saat ini, ceramah-ceramah yang dilakukan secara offline, mulai banyak beraganti menjadi online. Para penceramah dadakan banyak bermunculan dengan pemahaman agama yang mungkin masih dangkal. Jika melihat saat ini, banyak provokasi kebencian dengan mengatasamakan agama, justru muncul dari oknum penceramah media sosial. Mereka mengutip ayat suci, lalu diartikan secara salah, dan disebarluaskan ke masyarakat melalui teknologi internet di media sosial. Lalu masyarakat mengkonsumsinya dan dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Dari sini saja kita bisa menyaksikan, serangan propaganda radikalisme bisa dilakukan melalui media sosial secara masif. Radikalisme telah berubah menjadi hate speech dan hoaks. Radikalisme telah menyusup ke dalam intoleransi dan praktek diskriminatif di sekitar kita. Antar sesama bisa saling membenci, hanya karena perbedaan pilihan politik. Yang mengerikan adalah, perbedaan keyakinan menjadi penyebab terjadinya konflik. Padahal, perbedaan sejatinya menjadi hal yang lumrah di Indonesia. Karena negara ini mempunyai keragaman suku, agama, bahasa dan budaya. Lalu, kenapa kelompok radikal tersebut begitu masif mempersoalkan keberagaman di media sosial?

Mari kita terus melakukan mitigas dan pencegahan dini, agar penyebaran bibit radikal ini tidak terus merambah ke generasi penerus. Kita harus mendorong generasi yang cerdas, tapi sekaligus toleran dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian. Karena Indonesia adalah negara yang majemuk, teknologi harus bisa merangkul keberagaman dan menciptakan harmoni dalam keberagaman. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun