Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Egosentrisme, Idul Adha dan Keberagaman Indonesia

23 Juni 2024   09:11 Diperbarui: 23 Juni 2024   09:33 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena egosentrisme di negeri ini makin baru makin menggila. Banyak orang cenderung merasa bisa, dengan hanya didasarkan pada sudut pandangnya. Banyak orang merasa paham, hanya didasarkan pada salah satu sudut pandang saja. Padahal, mereka lupa kalau kita adalah bangsa Indonesia yang mempunyai banyak keragaman suku, agama, bahasa dan budaya. Mereka lupa bahwa kita adalah negara yang majemuk, yang penuh dengan keberagaman.

Ironisnya, egosentrisme ini juga bisa merambah ke semua lini, termasuk dalam sudut pandang keagamaan. Pola pandang ini seringkali ditunjukkan oleh kelompok radikal di media sosial. Mereka selalu merasa paling benar dan menilai pihak yang berbeda sebagai pihak yang salah. Dan dalam tahap yang lebih mengkhawatirkan, mereka seringkali melakukan provokasi dan diskriminasi ke pihak lain.

Feonomena egosentrisme ini tentu sangat berbahaya, jika terus dibiarkan. Keragaman yang ada sejak dulu bisa terganggu, karena masyarakatnya terprovokasi. Jika dilihat sekarang ini, kelompok radikal terus menebar provokasi, yang berpotensi memicu terjadinya konflik di tengah masyarakat. Dan jika kita melihat sekarang ini, provokasi demi provokasi bermunculan hanya karena persoalan egosentrisme. Dan persoalan egosentris ini tidak hanya di wilayah agama, tapi juga menjalar ke wilayah budaya, politik dan yang lainnya.

Egosentrisme yang terus menguat, bisa berkembang menjadi pemahaman radikal. Akibatnya tidak ada lagi sopan santun, tidak ada lagi etika, tidak ada lagi toleransi, dan tidak ada lagi perbuatan baik di sekitar kita. Yang ada selalu salah, sesat, kafir dan lain sebagainya. Menjadi tugas kita bersama untuk mencegah berkembangnya egosesntrisme di sekitar kita. Bagaimana caranya? Mari biasakan untuk peduli dan berbagi. Dan baru-baru ini momentum itu ada melalui hari raya kurban, yang ditandai dengan penyembelihan hewan kurban dan pembagian daging binatang kurban.

Idul Adha atau di Indonesia lebih dikenal dengan hari raya kurban, merupakan simbol bahwa umat Islam pada dasarnya merupakan umat yang peduli dan senang berbagi. Hari raya Idul Adha juga mengajarkan kepada kita untuk melepaskan kepemilikan. Karena sejatinya yang kita miliki saat ini adalah titipan. Baik itu dalam bentuk barang, kekayaan, hingga kekuasaan. Semuanya itu merupakan titipan dan Amanah, yang sewaktu-waktu bisa diambil lagi sama Sang Pencipta.

Idul Adha juga mengajarkan kepada kita untuk saling berbagi, tanpa harus melihat siapa atau kepada siapa. Saat ini, karena menguatnya fenomena egosentrisme, segala sesuatunya harus didasarkan pada kelompoknya. Bergaul pun harus dengan orang yang seiman, sealiran, sefrekwensi. Padahal, Allah SWT menciptakan bumi dan isinya penuh dengan keberagaman. Dan menjadi tugas kita bersama, untuk menjaga keberagaman tersebut.

Ingat, Indonesia merupakan negara yang majemuk. Indonesia merupakan negara yang mempunyai keragaman suku, agama, bahasa dan budaya. Dan tentu saja, keragaman tersebut bukan mau para pendiri bangs aini. Keragaman itu merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT. Jika masih terus mempertahankan egosentrisme, mempertahankan eksklusivisme, merasa paling suci, merasa paling benar, tentu kita akan sulit untuk Bersatu. Kita akan sulit berdampingan dalam keberagaman. Dan yang pasti akan sulit menjaga amanah yang telah dititipkan Allah kepada kita. Mari kita introspeksi. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun