Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tuhan Maha Pengasih, Semua Umat Semestinya Bisa Saling Mengasihi

31 Desember 2023   00:14 Diperbarui: 31 Desember 2023   00:17 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ar-Rahman dan ar-Rahim merupakan dua di antara 99 nama dan sifat Allah yang dikenal dengan istilah 'asmaulhusna'. Dari 99 nama dan sifat tersebut ada yang bersifat jamaliyah (sifat keindahan Allah, yang menunjukkan kasih sayang-Nya) da sifat jalaliyah (sifat yang menunjukkan keagungan Allah).

Dari sisi kuantitas, ulama menemukan sifat jamaliyah (keindahan-Nya) lebih banyak daripada sifat jalaliyah (keagungan-Nya). Sifat ar-Rahman dan ar-Rahim adalah dua di antara sifat jamaliyah tersebut. Adapun sifat-sifat jalaliyah yang dimaksud lebih sedikit itu di antaranya, al-Malik (Maha Menguasai), al-Jabbar (Maha Perkasa), al-Kabir (Maha Besar), al-Mutakabbir (Maha memiliki Kebesaran), al-Qahhar, al-'Aziz, al-Mu'izzu dan lain-lain.

Tujuan pembagian sifat-sifat yang jumlahnya 99 itu adalah sebagai pesan moralitas kemanusiaan. Allah SWT pada satu sisi mempersembahkan sifat-sifat dan nama-Nya untuk dikenali sekaligus untuk dicontohi sebagai wujud moralitas mumpuni, namun pada saat yang sama, Allah SWT hanya menghendaki nama dan sifat-sifat-Nya untuk dikenali dan difahami saja, tapi bukan untuk dicontohi.

Ketika kita menemukan sifat jamaliyah-Nya, maka yang harus kita lakukan adalah 'tasybih'. Tasybih di sini bermakna meniru dan meneladani sifat-sifat tersebut pada diri kita. Misalnya dalam kalimat basmalah terdapat dua sifat jamaliyah-Nya, ar-Rahman dan ar-Rahim, maka kita mesti mengikutinya dengan mewujudkan sifat pengasih dan penyayang. Oleh karena itu dari kedua sifat ini dapat lahir sifat saling mencintai, sikap toleransi, serta selalu menebarkan kebaikan. Dan dengan meneladani sifat ini, seseorang akan berusaha meninggalkan sifat kekerasan dan pengrusakan di muka bumi.

Kemudian pada saat bertemu dengan sifat jalaliyah-Nya, kita mesti melakukan 'tanzih', yakni membersihkan diri atau menjauhkan diri dari meneladaninya, karena hanya Allah-lah yang berhak menyandang sifat tersebut, seperti sombong, angkuh, pemaksa, pemarah dan lain-lain. Allah SWT menampakkan sifat-sifat ini agar manusia menyadari betapa lemah dan tidak berdayanya mereka dan agar manusia bisa memahami keterbatasan dan kemampuannya di hadapan Allah SWT. Sehingga pada akhirnya, manusia sadar akan ke-dhaif-annya, ia akan sadar keterbatatasannya dan memerlukan bantuan Allah SWT, ia akan momohon kepada Allah SWT untuk memberikannya pertolongan, penjagaan, perlindungan serta kekuatan dan kecukupan.

Umat Muslim mengucapkan ar-Rahman/Maha Pemurah dan ar-Rahim/Maha Penyayang masing-masing dua kali dalam Al-Fatihah. Dalam melaksanakan ibadah sholat 5 waktu, umat muslim wajib membaca surat Al-Fatihah 17 kali dalam sehari, mereka diingatkan mengenai kasih Allah SWT paling sedikit 68 kali (Ar-Rahman 2 kali 17 = 34 dan Ar-Rahim 2 x 17 = 34). Belum lagi ditambah dengan bacaan basmalah yang menjadi sunnah bagi umat muslim apabila hendak melakukan hal apapun. Jadi seharusnya sifat ar-Rahman dan ar-Rahim sudah sedemikan lekatnya dalam pribadi umat muslim.

Injil menekankan berulang kali bahwa Allah ar-Rahman ar-Rahim itu "Allah adalah kasih" (Injil, Surat I Yohanes 4:8). Ada ratusan ayat dalam Kitab Allah yang mendukung pernyataan ini. Kasih adalah intisari semua sifat Allah dan kata terbaik sebagai penyimpulan semua sifat Allah.

Sekitar 1500 tahun sebelum Masehi, Allah sudah memperkenalkan diri-Nya dengan nama Allah Maha Penyayang dan Pengasih. Firman-Nya kepada Musa, ". . . TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya" (Kitab Taurat, Keluaran 34:6).

Rasanya esensi ajaran agama mengajarkan kebaikan dan cinta kasih, tidak ada yang mengajarkan kebencian, begitupun agama Hindu dan Budha, dll. Bila semua umat meneladani kasih yang menjadi sifat Sang Maha Pencipta, yang telah disampaikan-Nya pada kitab masing-masing umat terdahulu tentu kehidupan ini akan jauh dari makian, kebencian, pengrusakan, penghinaan, kekerasan atas nama agama, dan hal apapun itu yang menciderai rasa kemanusiaan dan bersifat merendahkan harkat martabat manusia.

Berpegang teguhlah pada kitab agama masing-masing, jangan gagal paham atau kebablasan (radikal), maka semua umat dapat berkolaborasi dalam kebaikan yang bertumpu pada nilai kasih. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun