Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahun Politik, Semangat Ramadan dan Indonesia

27 April 2023   10:09 Diperbarui: 27 April 2023   10:13 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Damai - kompasiana.com

Saat ini, Indonesia sedang memasuki tahun politik. Dalam waktu yang tidak lama lagi, perhelatan politik akan terjadi di Indonesia, untuk menentukan presiden dan wakil presiden selanjutnya, menggantikan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin. Beberapa waktu ke belakang, partai politik telah menentukan calon presiden pilihannya. Sebut saja seperti PDI Perjuangan telah mengusung Ganjor Pranowo sebagai capres. Sebelumnya, nama Anies Baswedan juga sempat diusulkan oleh partai nasdem. Setelah kemunculan capres tersebut, sejumlah partai politik juga telah menyatakan dukungannya.

Di tahun politik ini, berbagai cara akan bermunculan untuk bisa membuat capres yang diusung bisa duduk di kursi kekuasaan. Ketika sang capres menang, maka partai politik juga berharap bisa mendapatkan keuntungan. Salah satunya bisa mendapatkan kursi menteri. Karena hal inilah, tak jarang banyak orang melakukan berbagai cara. Mulai dari memuji-muji, hingga mencari kesalahan atau kejelekan rival politiknya.

Praktek semacam itu semestinya tidak perlu terjadi. Kenapa? Karena semestinya kita sudah belajar untuk mengendalikan hawa nafsu kita ketika menjalani puasa Ramadan. Semestinya kita sudah menyadari, bahwa menebar hoaks, provokasi kebencian dan melakukan diskriminasi atas nama agama, merupakan hal yang tidak terpuji, dan bisa berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan yang telah ada. Sebagai negara yang majemuk sejak lahir, semestinya kita sudah menyadari bahwa keberagaman itu merupakan keniscayaan yang tidak bisa dibantah dan dilawan.

Keberagaman bukanlah hal yang terus dipersoalkan. Sebaliknya, keberagaman justru bisa menjadi kelebihan, jika kita semua bisa hidup berdampingan dalam harmoni. Terbukti Indonesia tumbuh menjadi negara yang besar, karena keberagaman dan kebersamaan yang telah terbangun. Tahun politik jangan sampai merusak kebersamaan dan keberagaman yang telah ada. Karena jika melihat dari tahun sebelumnya, provokasi dengan memunculkan politik identitas, bisa saja sewaktu-waktu terjadi. Dan bagi masyarakat yang tingkat literasinya rendah, bisa berpotensi terprovokasi. Ketika provokasi itu bisa memunculkan amarah, disaat itulah provokasi radikalisme akan muncul dan mendompleng keadaan.

Ingat pilkada DKI beberapa tahun lalu, yang telah membuat masyarakat terbelah. Kelompok radikal telah mendompleng keadaan, dengan terus memprovokasi warga dengan sentimen SARA. Dan hasilnya, tidak sedikit masyarakat yang ditetapkan sebagai tersangka karena melanggar UU ITE dengan tuduhan pencemaran nama baik. Sementara tempat ibadah juga banyak disalahgunakan sebagai tempat kampanye untuk mencari dukungan. Bahkan bermunculan juga spanduk yang bertuliskan ancaman tidak akan mensholatkan masyarakat ketika meninggal, yang terbukti memilih pasangan calon tertentu semasa pilkada. Hal semacam ini tentu membuat kita semua miris. 

Mari terus pertahankan semangat Ramadan dalam keseharian. Mari terus mengendalikan hawa nafsu, agar terhindar dari provokasi politik. Mari terus perbanyak berbuat baik, seperti ketika kita menjalankan ibadah puasa. Dengan tetap menyebar kebaikan, diharapkan akan bisa membuat Indonesia tumbuh menjadi negara yang damai, yang tetap menghargai keberagaman dan perbedaan. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun