Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Iklim Demokrasi Tanpa Kebencian dan Intoleransi

12 Februari 2023   07:02 Diperbarui: 12 Februari 2023   07:06 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi. Semua orang mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Semua orang berhak menyampaikan pendapatnya di depan umum. Namun semua orang juga berhak dikritik. Sederhananya, masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan musyawarah untuk mufakat, mengedepankan kebentingan bersama, dan saling memanusiakan antar sesama.

Dalam iklim demokrasi yang dianut Indonesia, semua orang dijamin kebebasannya untuk berorganisasi dan menyatakan pendapatnya di depan umum. Bahkan dalam undang-undang menjamin hal tersebut. Namun dalam prakteknya, seringkali demokrasi Indonesia saat ini dianggap kebablasan. Berbicara tidak ada batasnya. Karena itulah banyak diantara tokoh yang merasa namanya dicemarkan, provokatif dan sebagainya.

Terlepas dari itu semua, negeri ini pada dasarnya sudah memiliki nilai-nilai toleransi dan saling menghargai antar sesama. Dan nilai luhur tersebut pada dasarnya masih ada. Terbukti dalam dasar negara Pancasila, terkandung nilai-nilai luhur tersebut. Apa artinya? Negeri ini pada dasarnya dibangun diatas Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana masyarakatnya saling memanusiakan antar sesama. Dan keragaman suku budaya yang ada, perlu upaya untuk tetap menjaga persatuan. Dan jika ada perbedaan, ada instrumen musyawarah untuk mendapatkan mufakat. Dan semuanya itu dilakukan untuk mendapatkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Di tahun politik ini, kerukunan antar umat diharapkan masih tetap terjadi. Meski kita tahu, di tahun politik ini diperkirakan akan semakin masif provokasi dan ujaran kebencian di media sosial. Dan provokasi ini tentu akan dimanfaatkan oleh kelompok radikal, untuk menyulut suasana dengan sentimen SARA. Hal ini dimaksudkan kondisi semakin kacau, dan jadi legitimasi untuk menyalahkan pemerintah. Dan praktek ini terus berulang dari tahun ke tahun.

Sebagai generasi penerus bangsa, tentu menjadi tugas kita bersama untuk menjaga negeri ini agar tetap utuh, dari ancaman perpecahan. Dan sadar atau tidak, provokasi kebencian tersebut terus terjadi hingga saat ini. Banyak masyarakat tanpa sadar melakukan hal tersebut. Akibatnya, banyak diantara kita yang saling menebar kebencian, hanya karena persoalan sepele. Karena persoalan suka tidak suka saja, bisa memutus tali persaudaraan dan pertemanan.

Apalagi ketika memasuki tahun politik dan partai politik sudah mengeluarkan nama-nama pasangan calon yang diusung, diperkirakan provokasi dan ujaran kebencian tersebut akan marak terjadi lagi. Jika melihat pada pilpres pada tahun sebelumnya, politik identitas kembali menguat. Dan masyarakat yang tidak tahu menahu, seringkali ikut menjadi korban. Dan ironisnya, karena minimnya literasi, seringkali tanpa disadari masyarakat juga turut aktif menyebarkan informasi menyesatkan dan provokasi kebencian, karena calon pemimpin yang akan mereka usung 'diserang' oleh pihak yang berseberangan.

Aksi saling hujat ini semestinya tidak terjadi lagi. Karena hanya akan mendekatkan diri pada perilaku intoleran. Dalam kondisi yang lebih ekstrim, bisa mendekatkan diri pada bibi radikalisme dan terorisme. Awalnya saling hujat, lalu naik melakukan perilaku intoleran, melakukan diskriminasi dan melakukan aksi bom bunuh diri. Tahapan itulah yang sering terjadi pada anak muda, yang terpapar radikalisme di negeri ini. Semoga bisa jadi evaluasi bersama. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun