Indonesia merupakan salah negara dengan tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Dari Aceh hingga Papua terdiri ribuan suku dengan latar belakang yang berbeda. Mulai dari agama, bahasa, budaya dan adat istiadatnya. Keberagaman ini tentu bisa memberikan dampak positif jika kita bisa menjaganya. Namun akan bisa memberikan dampak negatif, jika kita tak bisa menjaganya.
Jauh sebelum Indonesia merdeka, ketika negeri ini hidup di masa penjajahan, seringkali tidak satu suara, tidak satu tujuan dan tidak satu perjuangan karena politik adu domba penjajah. Antar masyarakat bisa saling bunuh demi mendapatkan imbalan dari penjajah.Â
Antar sesama bisa saling curiga, karena dianggap mata-mata penjajah. Akibatnya, perjuangan untuk bisa merdeka sulit dilakukan. Baru kemudian pada 1945 negeri ini menyatakan sebagai negara merdeka. Dan setiap 17 Agustus kita semua memperingatinya sebagai hari kemerdekaan republik Indonesia.
Tahun ini, Indonesia sudah 76 tahun merdeka. Tidak lagi ada penjajahan fisik. Namun, politik adu domba warisan penjajah masih ada. Politik adu domba itu menyesuaikan perkembangan zaman dan berubah menjadi provokasi, hate speech dan hoaks. Perpaduan ketiganya telah membuat negeri ini masih terus saling curiga, saling caci, bahkan saling intoleran kepada saudaranya sendiri.
Kenyataannya, masih saja ada pihak tertentu yang mempersoalkan keberagaman di Indonesia. Masih saja ada yang merasa paling benar, paling suci, hingga dengan mudahnya menyatakan pihak yang berbeda sebagai pihak yang sesat bahkan kafir. 14 Agustus 2021 lalu, 3 hari menjelang hari kemerdekaan Indonesia, masih saja terjadi penyegelan masjid Ahmadiyah, di desa Balai Harapan Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sintang dan jajaran Forkompinda disana.
Praktek penyegelan tempat ibadah ini bukan baru saja terjadi. Banyak yang lupa, bahwa yang berhak menyetakan sesat itu bukanlah kita, bukanlah manusia, tapi yang menciptakan bumi dan isinya. Yang berhak adalah Allah SWT. Tak perlu lagi mencari kesalahan orang lain.Â
Sebagai sesama manusia, mari kita saling berdampingan dalam keberagaman. Tak perlu lagi mempersoalkan kenapa beda agama, kenapa beda suku, bahasa dan budaya. Mari saling menyatukan keberagaman ini dalam kerangka negara kesatuan republik Indonesia. kelompok Ahmadiyah dulunya bisa diterima dengan baik, kenapa sejak 2015 hingga saat ini, mereka selalu mendapatkan diskriminasi.
Praktek intoleransi atas kepentingan apapun, harus disudahi di negeri ini. Jangan cerai beraikan Indonesia, hanya karena persoalan yang tidak jelas. Keberagaman di Indonesia merupakan anugerah yang harus dijaga, tidak boleh dirusak oleh siapapun. Mari satukan keberagaman dengan nilai-nilai kearifan lokal yang telah diajarkan pada pendahulu. Mari kita jaga keberagaman dengan tetap menjaga toleransi, dan kerukunan antar umat.
Kemajuan zaman tetap tidak boleh merusak semuanya. Kemajuan teknologi tidak boleh untuk mencerai beraikan. Kemajuan teknologi harus digunakan untuk menyatukan dan menguatkan. Tidak boleh saling melemahkan. Keberagaman yang telah diberikan Tuhan kepada kita semua, harus tetap dijaga agar terus dilestarikan oleh generasi penerus. Salam toleransi.