Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Ulama, Perlu Merawat Ajaran Nabi dan Penjaga NKRI

15 Januari 2021   22:16 Diperbarui: 15 Januari 2021   22:23 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - kompas.com

Beberapa hari yang lalu, Indonesia berduka karena salah satu ulama besar meninggal dunia. Syekh Ali Jaber. Ulama kelahiran Madinah dan sudah menjadi warga negara Indonesia ini, merupakan guru semua orang.

Dakwahnya selalu memberikan kedamaian dan keteduhan bagi siapa saja. Wajar kalau ulama ini bisa di terima oleh semua orang dari berbagai kalangan. Sehari setelahnya, kabar duka kembali terdengar. Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf wafat. Kabar duka berturut-turut ini tentu membuat kita semua bersedih.

Banyak hal yang bisa menjadi pembelajaran dari para ulama. Salah satunya adalah konsistensi beliau dalam merawat ajaran Nabi, dan keteguhannya sebagai penjaga NKRI. Pelajaran dari para ulama ini harus terus kita pertahankan di era milenial ini. Tidak hanya perilaku dan ucapan, ajarannya yang menyejukkan hati, juga harus kita lestarikan. Hal ini penting mengingat di era milenial ini banyak sekali sentimen kebencian yang dimunculkan melalui dunia maya.

Ironisnya, sentiment kebencian itu dilakukan juga oleh beberapa tokoh yang mungkin juga menjadi korban dari provokasi dunia maya. Rendahnya literasi yang tidak diimbangi dengan kemampuan cek dan ricek, membuat segal ainformasi dianggap sebagai kebenaran. Padahal tidak sedikit dari informasi tersebut justru menyesatkan karena berisi nuansa kebohongan dan kebencian.

Karena itulah, mari kita jadikan ajara para ulama untuk tetap merawat ajaran para Nabi. Sebagai seorang muslim, tentu saja harus belajar dari para Nabi. Namun bukan berarti terus menilai yang di luar muslim sebagai pihak yang salah.

Bukan berarti karena merasa mayoritas, menjadi yang paling benar dan menyalahkan pihak yang minoritas. TIdak. Seorang muslim harus bisa merangkul keberagaman. Dan para Nabi juga mengajarkan untuk menghargai dan merangkul keberagaman itu sendiri.

Dalam dakwah yang dilakukan oleh para ulama, tidak ada yang mendengungkan tentang narasi kebencian. Ruang dakwah yang telah diberikan seluasnya oleh negara, menjadi media untuk bisa saling menyatukan. Karena di Indonesia juga menjamin kebebasan warga negaranya untuk memeluk agama yang diyakininya.

Syekh Ali Jaber pernah mengingatkan kepada para ulama, untuk tidak mamanfaatkan ruang dakwah yang telah diberikan, untuk kepentingan yang tidak baik. Jangan pernah menggunakan ruang dakwah untuk memecah belah umat. Dakwah yang dilakukan pun harus menyatukan umara dan ulama. Hubungan antara umara dan ulama harus tetap saling sinergi.

Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman sangat tinggi. Keberadaan ulama atau pemuka agama yang lain, tentu sangat diperlukan para umara. Sinergi keduanya akan membuat kesejukan di tengah masyarakat. Sinergi antar keduanya bisa menguatkan harmoni dalam keberagaman. Sikap saling toleran, saling menghargai, dan tolong menolong akan tetap terjaga, di tengah kemajukan masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun