Era digital memang telah memberikan banyak keuntungan. Era digital juga telah membuat banyak kemudahan. Bagi generasi yang hidup di era ini, tentu sangat senang karena banyaknya fasilitas tersebut.Â
Kondisi ini tentu sangat jauh berbeda dengan generasi sebelumnya, yang banyak keterbatasan. Dulu untuk mendapatkan sebuah buku, harus beli di toko buku yang mungkin jaraknya sangat jauh dari rumah.Â
Saat ini banyak yang menjual secara online, dan buku yang diinginkan bisa diantar langsung ke rumah. Kalau tidak mau membeli secara fisik, juga tersedia yang versi digital. Tinggal download kita bisa baca buku yang diinginkan.
Kemajuan di era digital ini membuat informasi berkembang begi cepat. Proses pemilihan presiden Amerika Serikat misalnya, seluruh masyarakat dunia bisa menyaksikan dalam waktu yang sama, saat itu juga.Â
Ini artinya, informasi bisa berkembang secara bersamaan meski berbeda daerah, kota, bahkan negara. Kemajuan inilah yang kemudian disalahgunakan oleh oknum tertentu, untuk menyebarkan hoaks, provokasi dan ujaran kebencian. Ironisnya, penyebaran hoaks ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga terjadi di negara lain.
Karena hoaks dan provokasi ini, tidak sedikit membuat banyak orang menjadi bingng karena tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah. Apalagi jika ada tokoh masyarakat, tokoh politik, bahkan tokoh agama, yang juga ikut menyebarkan informasi yang dianggap padahal hoaks, makin memperkeruh suasana.
Dan di Indonesia, kejadian semacam ini sering terjadi. Banyak para masyarakat yang tidak melakukan cek ricek, akhirnya menjadi korban hoaks. Lalu, bagaimana agar bisa terhindar dari gempuran hoaks dan provokasi?
Berpikir logis adalah cara sederhana untuk tidak mudah termakan hoaks dan provokasi. Setiap manusia dibekali akal dan perasaan, maka gunakanlah.Â
Misalnya, di masa pandemi lalu muncul isu pemerintah melarang aktifitas ibadah. Kira-kira benar atau tidak? Jika menggunakan nalar, tentu hal itu tidak benar. Kenapa bisa?Â
Karena yang benar adalah pembatasan, bukan pelarangan. Dan pembatasan hanya bersifat sementara, untuk membatasi penyebaran covid-19. Karena itu, logis juga harus diimbangi dengan informasi yang benar, yang sesuai fakta. Pada titik inilah diperlukan cek ricek informasi atau literasi.
Cara lain bekali diri kita dengan pemahaman agama dan pemahaman kebangsaan yang benar. Karena seringkali hoaks dan provokasi itu selalu dibenturkan dengan keyakinan agama tertentu, serta kebijakan sebuah negara. Misalnya, kita seringkali dibenturkan dengan konsep mayoritas dan minoritas. Islam mayoritas dan non Islam minoritas.Â