Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stop! Jangan Saling Berseteru Karena Hoaks

9 Oktober 2018   07:41 Diperbarui: 9 Oktober 2018   08:54 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Hoax - 123RF.com

Hoax nampaknya menjadi musuh baru bagi semua negara, termasuk Indonesia. Hoax alias informasi yang salah tapi sengaja disebarluaskan, jelas bisa memberikan dampak negative bagi masyarakat. 

Salah satu contoh yang membuat miris adalah, keputusan Saudi yang memutuskan hubungan diplomatic dan mengucilkan Qatar, karena satu pemberitaan yang diklam Qatar sebagai berita hoax. Jika hoax dianggap sebagai kebenaran, tentu akan menjadi hal yang mengkhawatirkan.

Di Indonesia, juga banyak contoh terjadi. Kasus penyerangan tempat ibadah di Tanjung Balai, Sumatera Utara, terjadi karena terprovokasi informasi tentang larangan melakukan adzan. Padahal yang terjadi bukanlah sebaliknya. 

Karena amarah tak terkendali, berujung pada amuk masa. Begitu juga dengan kasus yang paling anyar, Ratna Sarumpaet. Ketika melihat foto wajah Ratna bengkak, dan sempat dikatakan karena aksi penganiayaan, sebagian orang langsung menunjukkan amarahnya. Kondisi kian memanas, ketika salah satu paslon langsung menggelar pernyataan pers, karena Ratna merupakan salah satu anggota timses.

Berbagai tuduhan pun langsung berkembang di sosial media. Tidak hanya masyarakat biasa yang melakukan pengecaman, sejumlah elit politik pun melakukan hal yang sama. Isu ini terus digoreng hingga menjadi trending topik. Buzzer politik kemudian terus 'menggoreng' isu ini hingga menjadi pembicaan semua pihak. Kebencian pun terus merebak di dunia maya dan dunia nyata. 

Namun kondisi mulai berubah ketika aparat kepolisian menyatakan tidak ada aksi pemukulan ataupun penganiayaan. Kemudian dikatakan bahwa bengkak pada wajah Ratna karena efek dari operasi plastik yang dijalaninya. Seketika peta kebencian langsung berubah. Pihak petahana terus 'menggoreng' kebohongan ratna menjadi bola liar, hingga saat ini.

Contoh diatas menunjukkan bahwa hoax mempunyai dampak yang sangat mengerikan. Hoax bisa memecah belah publik. Dalam kontestasi politik sekarang ini saja, masyarakat sudah diarahkan menjadi 2 kubu. 

Pendukung oposisi dan petahana. Sementara, kedua belah pihak sejauh ini belum pernah ada yang memunculkan ide atau gagasan yang produktif dan membangun. Isu ekonomi yang dimunculkan pihak oposisi, juga masih dalam tahap permukaan dan cenderung dilandasi negative campaign. Hal ini pun sebenarnya tidak masalah, jika memang dilengkapi dengan data yang valid. Tinggal bagaimana mengemas isu yang berat ini, agar semakin membumi dan mudah dipahami masyarakat.

Stop sudah penggunaan hoax untuk kepentingan apapun, termasuk kepentingan politik. Berdasarkan pada survey Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) pada 7-9 Februari 2017 lalu, 1.116 responden di Indonesia yang di survey menyatakan sebanyak 44,3 persen masyarakat menerima hoaks setiap hari. 17,20 persen diantaranya menyatakan menerima berita palsu ini lebih dari sekali sehari. Konten hoax yang sering diterima masyarakat umumnya isu sosial politik dan isu SARA.

Di tahun 2018 ini, bisa jadi angka survei diatas sudah menurun, atau bisa jadi tambah parah. Mengingat untuk kepentingan politik, umumnya permintaan untuk menjatuhkan elektabilitas dengan menebar kebencian dan hoax terus bermunculan. 

Di era ketika teknologi terus berkembang, menjadi tugas kita bersama untuk menggunakan kemajuan teknologi ini untuk meminimalisir penyebaran hoax di Indonesia. Tanpa komitmen semua pihak, akan sulit sekali menekan penyebaran hoax. Indonesia yang kaya akan alam dan budaya ini, bisa hancur jika masyarakatnya banyak terprovokasi oleh informasi yang menyesatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun