Dua hari yang lalu, Densus 88 menangkap terduga teroris di kawasan Bekasi, Jawa Barat. AR disergap polisi di Kampung Kelapa Dua RT 1 RW 8, Kelurahan Padurenan, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi. Saat itu dia sedang berboncengan sepeda motor dengan istrinya. AR alias Abu Fauzan, diduga selama telah memberangkatkan masyarakat, untuk pergi ke Suriah. Penangkapan AR merupakan pengembangan dari penangkapan 7 orang di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, ketika hendak pergi ke Suriah dan Irak pada 22 September 2016.
Fakta diatas, lagi-lagi membuat kita terkejut. Ternyata masih banyak simpatisan ISIS yang berkeliaran di masyarakat. Mereka tidak hanya melakukan propaganda, tapi juga begitu aktif melakukan tindak kekerasan, dan memberangkatkan orang ke Suriah. Ternyata tidak hanya propaganda yang begitu aktif di sosial media, tapi juga perekrutan yang masih massif terjadi. Dengan tertangkapnya AR menegaskan bahwa, ada semacam agen yang berada di masyarakat, yang bertugas memberangkatkan para WNI ke Suriah.
Mari kita terus tingkatkan kewaspadaan. Gunakan logika dan pikiran kita, agar bisa berpikir secara normal. Para simpatisan ISIS ini terbukti begitu handal, mempengaruhi masyarakat untuk bisa bergabung dengan ISIS. Seperti kita tahu, media massa telah memberitakan mengenai banyaknya masyarakat Indonesia yang bergabung dengan ISIS. Bahkan, remaja dan anak-anakpun juga mulai banyak yang menjadi korban. Sosial media sempat dibuat ramai, setelah ada video berisi latihan perang anak-anak dengan seragam layaknya militer. Banyak yang menduga, lokasi latihan anak-anak asal Indonesia ini adalah Suriah.
Kita perlu mengapresiasi upaya Densus 88 yang mampu mendeteksi, dan langsung  melakukan penangkapan. Upaya Densus ini, harus kita dukung dengan  pencegahan dari kita. Mari kita terus memberikan penyadaran kepada masyarakat. Bahwa hijrah ke Suriah ataupun Irak, bukanlah bentuk solidaritas ataupun jihad. Pergi ke Suriah, hanyalah tindakan konyol. Banyak generasi muda kita meninggal sia-sia setelah bergabung dengan ISIS di Suriah. Anak Imam Samudra, meninggal di usia belia setelah bergabung dengan kelompok ISIS. Bahrun Naim, remaja yang disebut sebagai otak bom Thamrin, justru sering menebar teror di Indonesia.
Jika simpatisan ISIS ini seorang muslim yang baik, mereka harusnya tidak gemar melakukan teror. jika mereka seorang muslim yang baik, mereka seharusnya saling menghasihi dan bukan saling membenci. Ingat, Islam merupakan agama yang damai dan tidak pernah mengajarkan kekerasan. Mari kita sesering mungkin menyebarkan pesan damai. Negeri yang luas dengan penuh keanekaragaman ini, sudah semestinya tetap menjaga kerukunan, dan toleransi antar umat beragama. Jika ingin melakukan hijrah, hijrahlah menuju kebaikan dengan meninggalkan kekerasan. Hal itu jauh lebih penting dari pada harus pergi ke Suriah atau Irak, untuk bergabung dengan ISIS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H