Mohon tunggu...
Akke Syafruddin Prawira
Akke Syafruddin Prawira Mohon Tunggu... Freelancer - Rakyat Biasa

Penggemar Anime One Piece

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Catatan di Meja yang Sunyi

11 November 2024   23:07 Diperbarui: 11 November 2024   23:13 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di hadapan meja belajar yang sunyi, sebuah ritual kecil dimulai---sejenak menarik napas panjang, menatap kertas kosong yang menunggu untuk diberi makna, di tengah pencarian sebuah judul yang melahirkan kembali rasa ingin tahu. Setiap kata yang tergores tak hanya sekadar tinta di atas kertas; ia adalah upaya melangkah ke dalam labirin pikiran, tempat keresahan, asa, dan mimpi bercampur aduk menjadi satu.

Ada saat-saat di mana pikiran mencoba melawan, berlarian tak tentu arah, membuat catatan keresahan yang tertuang bagai alur sungai yang enggan mengikuti jalur. Aku pun mendapati diriku terjebak di antara tuntutan untuk menemukan jawaban yang sudah ada dan desakan untuk membiarkan segala gagasan mengalir. Kadang, saat pena berhenti, diam di sana terasa bagaikan lantunan yang sunyi, bising dalam ketenangan. Seringkali, aku bertanya, apakah yang sebenarnya aku cari?

Dalam keterhanyutan ini, aku menyadari bahwa mungkin tugas kita bukanlah menemukan kata-kata sempurna, melainkan membiarkan setiap gagasan bermuara pada makna yang ditemukan di akhir perjalanan. Seolah-olah judul yang kucari bukanlah titik awal, melainkan titik temu di ujung petualangan. Dan ketika aku berani untuk melepaskan kekangan, sebuah pemahaman sederhana muncul: bahwa makna tidak selalu harus dicari dalam lembar-lembar catatan, terkadang ia bersembunyi dalam jeda, di antara tarikan napas yang tertunda.

Terkadang, kita tak perlu mencari jawaban di awal perjalanan; biarkan keresahan menuntun kita, karena makna sering bersembunyi di antara jeda yang sunyi dan tarikan napas yang tertunda.

Jadi, di hadapan kertas yang mulai penuh dengan goresan kata, aku menyadari bahwa judulnya pun telah berbisik dengan sendirinya---ia adalah perjalanan yang tak pernah kutahu akan membawaku sejauh ini, menuju suatu pemahaman baru yang tak pernah kupahami sebelumnya. Di meja yang sunyi ini, segala keresahan kini mereda, bertransformasi menjadi aliran yang menghantarkan aku pada jawaban: bahwa makna adalah perjalanan tanpa akhir, yang kita ukir dan temukan dalam kesunyian jiwa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun