Mohon tunggu...
Akke Syafruddin Prawira
Akke Syafruddin Prawira Mohon Tunggu... Freelancer - Infulencer

Postingto Ergo Sum "aku memposting, maka aku ada"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Kotoran ke Karbon: Memasa Depankan Masa Silam

1 September 2024   21:42 Diperbarui: 1 September 2024   21:47 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan sebuah dunia di mana teknologi modern yang canggih harus bersaing dengan kebijaksanaan kuno. Apakah ini berarti kita harus meninggalkan inovasi? Tentu saja tidak. Namun, mungkin kita perlu mengambil jeda sejenak untuk menilai kembali, seperti seorang pengembara yang berhenti untuk memeriksa peta lama yang dia simpan. Mungkin, dalam kerendahan hati, kita bisa menemukan bahwa pelajaran dari masa lalu menawarkan perspektif berharga untuk menyempurnakan jalan untuk umat manusia ke depan nya.

Kembali ke masa lalu---meskipun tampaknya seperti langkah mundur---sebenarnya adalah undangan untuk merenung lebih dalam. Dalam perjalanan menuju masa depan yang cerah, mungkin kita juga bisa membawa sedikit cahaya dari masa lalu, sebuah cahaya sederhana namun penuh makna.

Ketika kita mempertimbangkan ketegangan geopolitik di era modern, satu hal yang menjadi sumber utama ketegangan adalah persaingan atas sumber daya alam, khususnya energi tidak terbarukan. Bayangkan sebuah dunia di mana konflik global dan peperangan yang disebabkan oleh perebutan bahan bakar bisa dihindari hanya dengan kembali pada sistem transportasi yang lebih sederhana dan ramah lingkungan, seperti kendaraan berbasis hewan.

Di dunia alternatif ini, di mana setiap negara bergantung pada kendaraan berbasis hewan, persaingan untuk sumber daya energi---dan dengan demikian, banyak konflik geopolitik---mungkin tidak akan pernah terjadi. Negara-negara tidak perlu berebut minyak atau gas, karena mobilitas mereka bergantung pada sumber daya yang melimpah dan dapat diperbaharui secara alami.

Tentu saja, ide ini tidak mengusulkan bahwa kita harus sepenuhnya meninggalkan teknologi modern. Namun, ide ini menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan dan mengintegrasikan solusi sederhana dan berkelanjutan dari masa lalu dalam menghadapi tantangan global hari ini. 

Dengan cara ini, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih harmonis dan kurang dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik yang berkaitan dengan perebutan sumber daya. Dalam perjalanan menuju masa depan, membawa sedikit kearifan dari masa lalu bisa menjadi kunci untuk mengatasi tantangan besar yang kita hadapi, termasuk ketergantungan energi dan konflik geopolitik.

Dalam spektrum modernitas yang semakin kompleks, seringkali kita menghadapi paradoks yang menantang bagaimana kita melihat kemajuan dan keberlanjutan. Bayangkan saja Amerika Serikat, dengan segala kecanggihan teknologinya, terjebak dalam kebingungan jika harus kembali ke metode transportasi tradisional, hahahaha. Negara ini, dengan peran penuh warna dalam geopolitik global---terutama dalam penjualan persenjataan dan pengaruh militernya---akan menghadapi tantangan besar dalam transisi ini.

Amerika, dengan lanskap urban dan industri yang sangat berkembang, mungkin tidak hanya menghadapi tantangan logistik tetapi juga masalah mendasar terkait ruang dan sumber daya. Penerapan sistem transportasi berbasis hewan memerlukan integrasi mendalam dengan ekosistem dan ruang yang memadai---sesuatu yang sulit dipenuhi oleh Amerika dengan lahan yang sudah sangat terpakai untuk industri dan perumahan.

Ironisnya, dalam kebingungannya untuk mengatasi perubahan ini, Amerika mungkin akan menghadapi refleksi mendalam tentang ketergantungannya pada industri pertahanan dan sumber daya alam yang terbatas. Di tengah semua kemajuan dan strategi globalnya, negara ini harus menghadapi kenyataan bahwa ada batasan dalam beralih kembali ke metode yang lebih sederhana tanpa mempertimbangkan konteks ekologis dan spasial yang lebih luas.

Dengan demikian, refleksi ini menekankan pentingnya memahami dan menyeimbangkan kemajuan teknologi dengan keberlanjutan ekologis dan kearifan tradisional. Di balik humor dan ironi dari situasi ini, terdapat pelajaran penting: bahwa kemajuan teknologi dan perubahan besar dalam infrastruktur harus mempertimbangkan konteks yang lebih luas dari keberlanjutan dan kapasitas lingkungan. Untuk Amerika Serikat dan negara-negara lain, ini berarti menilai kembali cara kita menggunakan dan mengelola sumber daya untuk menciptakan masa depan yang lebih harmonis dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun