Mohon tunggu...
Akke Syafruddin Prawira
Akke Syafruddin Prawira Mohon Tunggu... Freelancer - Infulencer

Postingto Ergo Sum "aku memposting, maka aku ada"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia: Sein Kiri Belok Kanan

31 Agustus 2024   12:23 Diperbarui: 31 Agustus 2024   12:30 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oh, Indonesia, tanah airku tercinta, yang petunjuk dan arahnya telah jelas termaktub dalam UUD 45 dan Pancasila! Tetapi apa yang kita lihat di lapangan? Pemerintah kita, dengan segala kehebatannya, seakan-akan menganggap peta sebagai lelucon belaka. Bukannya mengikuti rambu-rambu yang sudah sangat jelas, mereka dengan penuh percaya diri memilih belok kanan padahal seharusnya sein kiri. Mungkin mereka merasa bahwa peraturan hanyalah pedoman untuk orang lain, sementara mereka sendiri adalah pengemudi dengan hak istimewa untuk mengubah arah sesuka hati.

Mari kita renungkan sejenak: apakah kita ini sedang menonton drama komedi atau malah tragedi nasional? Bagaimana mungkin aturan yang sudah jelas tertera di UUD 1945 bisa menjadi bahan lelucon di tangan mereka yang seharusnya mematuhi? Sepertinya para pembuat kebijakan kita terlalu sibuk dengan "strategi belok kanan" untuk mendapatkan keuntungan segelintir orang, alih-alih menjalankan amanat yang seharusnya.

Sementara itu, rakyat kebanyakan terjebak dalam kemacetan, tidak bisa bergerak maju, dan terpaksa beradaptasi dengan belokan belok kanan yang konyol ini. Sebagian dari kita mungkin bertanya-tanya, apakah para pemimpin kita kehilangan peta mereka? Atau mungkin mereka berpikir bahwa GPS mereka memiliki setting khusus untuk "jalan pintas ke jurang"?

Tetapi tunggu dulu, kita semua tahu bahwa masalah ini bukan hanya terletak pada mereka yang di atas. Apakah kita sebagai individu benar-benar siap untuk terus mengabaikan jalan yang jelas dan nyaman ini? Apakah kita benar-benar siap untuk terus berdalih, sambil bersembunyi di balik keputusasaan, daripada berusaha keras untuk melawan ketidakadilan dan penyelewengan yang ada?

Inilah saatnya untuk bertindak dengan penuh gairah. Keterlambatan kita bukan hanya mempengaruhi hari ini tetapi membangun reruntuhan untuk anak cucu kita. Kita tidak hanya perlu memprotes kebijakan yang salah; kita harus mulai mengubah pola pikir kita sendiri. Mari kita tinggalkan kebiasaan pasif, marilah kita ciptakan perubahan dengan berani dan tegas!

Jika kita ingin menghentikan kebijakan absurd yang membelok ke kanan ketika seharusnya ke kiri, kita harus mulai dari diri sendiri. Kita harus menuntut akuntabilitas, menuntut pemerintah kita untuk menjalankan tugas mereka dengan cara yang benar, bukan dengan cara yang hanya menguntungkan segelintir orang.

Jangan biarkan negara ini terus menerus berada dalam kebingungan arah. Sudah saatnya kita semua bersikap seperti navigator yang benar-benar serius dan terampil---bukan seperti pelawak yang hanya bermain-main dengan peta dan petunjuk. Ini adalah waktu untuk berhenti menertawakan tragedi dan mulai bertindak untuk memastikan bahwa kita semua tidak hanya bisa mengemudikan masa depan dengan benar tetapi juga menciptakan jalan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Mari kita buktikan bahwa kita tidak hanya penonton, tetapi pengemudi yang penuh tanggung jawab. Arahkan kembali kompas kita, dan mari kita bawa Indonesia ke jalur yang benar. Generasi mendatang pantas mendapatkan lebih dari sekadar hiburan dari kekacauan kebijakan; mereka pantas mendapatkan masa depan yang layak dan terarah. Jadi, mari kita tingkatkan kualitas perjalanan kita---tanpa belok kanan sembarangan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun