Ajaib. Sebagian besar hidup adalah keajaiban. Dan saya berharap, pada 17 Agustus ini ada keajaiban untuk anak muda bernama Gloria Natapradja Hamel (16), agar dapat turut dalam barisan pengibar sang saka Merah Putih di halaman istana merdeka.
Gloria adalah sosok pemudi Indonesia yang penuh semangat dan telah kerja keras menempuh berbagai tahapan agar dapat menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di peringatan Kemerdekaan RI ke-71. Namun, jelang pengibaran Merah Putih, dia dilarang bergabung dalam barisan Paskibraka akibat tafsir hukum terkait kewarganegaraan. Pasalnya dia lahir dari ibu Warga Indonesia dengan ayah Warga Prancis, walau sejak lahir hingga SMA tinggal di Indonesia.
Gloria yang kini duduk di kelas 2 SMA Islam Dian Didaktika, Depok, sejak kecil memang bercita-cita jadi Paskibraka, mengikuti langkah ibunya, Ira Natapradja yang jadi Paskibraka pada 1992.Dan dia nyaris mewujudkan cita-citanya itu. Namun sekali lagi, karena tafsir hukum, dia gagal menderapkan langkah bersama teman-teman yang telah Satu bulan penuh berkumpul, berlatih keras demi tampil sempurna mengibarkan sang Dwi Warna. Masuk jadi Paskibraka, tidaklah mudah. Seleksi ketat,termasuk soal administrasi telah dia lalui.
Pengalaman saya sebagai anggota Paskibraka pada 1991, membuat saya ber-emphaty dengan apa yang mungkin kini dirasakan Gloria. Selama sebulan, tiap Pukul 02.00 harus bangun, bersih-bersih, cuci baju, gosok kamar mandi. Pukul 06.00-10.00 latihan pengibaran. Pukul 12.00-14.00 makan, sholat, istirahat. Pukul 16.00-18.00 latihan lagi, dan pukul 22.00-24.00 tes seleksi. Setiap hari dilakukan penilaian, mulai kedsiplinan hingga kerapihan kamar asrama, kamar mandi dan tempat tidur. Yang tidak lolos penilaian, langsung gugur. Sangat menegangkan.
Dan dahsyatnya remaja 16 tahun itu, selain harus berlatih keras, juga harus berupaya meyakinkan Presiden Jokowi dengan membuat surat dan pernyataan di atas materai, demi dapat turut mengerek bendera kebanggaannya. Dalam surat ke presiden, tegas dia menyatakan, tidak pernah memilih kewarganegaraan Perancis. “Darah dan Nafas saya, untuk INDONESIA TERCINTA,” tulisnya dalam huruf kapital.
Jelang alenia akhir pada suratnya, dia menuliskan “Saya menyatakan kepada Yang Mulia Presiden RI Bapak Ir. H. Joko Widodo, saya WARGA NEGARA INDONESIA dan memilih Kewarganegaraan Indonesia serta akan tetap menjadi Warga Negara Indonesia karena Indonesia adalah tanah tumpah darah saya”.
Dan pagi ini, saat mengikuti upacara peringatan kemerdekaan RI ke-71 di Istana Merdeka, saya tak melihat Gloria berada dalam barisan anak-anak muda berseragam putih-putih, yang melangkah gagah penuh percaya diri, mengibarkan sang saka merah putih. Saya sedih. Bukan karena harapan saya adanya keajaiban bagi Gloria tidak terwujud pada perayaan kemerdekaan ke-71 ini. Saya sedih karena semangat anak muda yang menggebu dan cintanya pada negeri ini dipangkas dengan beringas oleh tafsir hukum yang semena-mena.
Kerja kerasnya untuk menunjukkan cintanya pada Indonesia telah diabaikan. Juga terjadi pengabaian atas UU No 12 Tahun 2006, pasal 21 ayat 1 yang gamblang menyatakan “Anak yang belum berusia 18 (Delapan Belas) tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia, dari ayah atau ibu yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan sendirinya berkewarganegaraan Republik Indonesia”. Menyedihkan.
Soal keajaiban. Saya masih percaya. Dan saya rasa, keajaiban itu adalah Gloria. Yang hari itu, tetap hadir mengenakan baju batik, dia menyaksikan Paskibraka mengerek bendera, wajahnya ceria, tetap bisa tersenyum menyaksikan teman-temannya menjalankan tugas. Cinta Gloria yang menggebu pada Indonesia, tanah tumpah darahnya, adalah keajaiban yang nyata. Gloria dan pemuda-pemudi sepantarnya yang tulus mencintai Indonesia, sungguh membangkitkan semangat kita. Indonesia. Bangkitlah!
Catatan:
Refleksi ini, saya tulis usai upacara di Istana Merdeka, saya upload di FB juga. Dan terima kasih pada Presiden Jokowi, yang mengundang Gloria turut santap siang bersamanya, serta mengijinkan Gloria untuk bergabung dengan Paskibraka penurunan bendera di sore hari. Berikut link berita baik itu. Keajaiban, selalu ada. Yakinlah.