malam telah silam. bunga baru mekar di
halaman rumah
beberapa jam lagi. tetap saja tak aku cium
harum[mu].
bunga merayakan duka, nomor-nomor diam,
tak terputar.
matahari yang aku kutip di puisi, menjadi
hangat di
tubuhku. aku mau terkubur, membiarkan
dunia tak lagi
terukur, dia[m] dalam tidur. kata telah rata,
terbujur di
sangkar koma. dan pagi melarung rindu yang
kalah
bertarung di medan sapa. dunia menjelang
redam di pejam.
menyisakan gumam perih yang tidak bisa
diam,.
[perempuan mencintai karena telinga, lelaki
mencintai
dengan mata]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H