Selain hafalan 30 juz, tajwid yang baik, ia juga punya modal suara yang indah. Suaranya bariton. Tegas dan jelas. Ketika menjadi imam shalat lail, suaranya bikin makmun kehilangan rasa kantuk. Makanya tak heran jika dirinya sering kali didaulat menjadi imam.
Teranyar, ia diutus oleh sekolahnya menjadi imam di Tokyo, Jepang selama Ramadhan sebulan lamanya. Yang merupakan program kerja sama Ainul Yaqin Foundation, PCIM, Â dan sekolahnya.
"Saya ikut tes. Alhamdulillah, lulus tes saya diutus ke sana. Sebenarnya program ini buat anak kelas 10-11, bukan untuk sekelas saya. Tapi entah kenapa sekolah tetap memilih saya." Ujar Faiz.
Di Jepang ia menjadi imam shalat rawatib, shalat tarawih, dan mengajar mengaji anak-anak diaspora yang ada di Jepang baik dari Indonesia, Malaysia, Filipina, dan lain-lain.
Meski Faiz sudah diterima di UIN Sunan Kalijaga, tapi dirinya bertekad bisa belajar sanad di Masjidil Haram. Ia juga bercita-cita kuliah di Saudi Arabia, mengambil jurusan Al-Qur'an. Jadi bisa dapat dua gelar bachelor katanya. Saya mengaminkan ucapannya.
Dari Faiz kita belajar banyak hal. Pentingnya keluarga yang perhatian terhadap Al-Qur'an. Begitu pula lingkungan sekolah dan rumah. Dan yang paling menentukan faktor internal dari dalam diri berupa tekad dan impian. Semua hal itu menentukan dalam menghafal Al-Qur'an.
Anak ini sudah menjadi orang besar meski belum besar usianya. Ia telah menjadi pemuda pilihan umat di saat banyak anak seusianya sibuk menghabiskan waktu dengan gadget dan game. Semuanya berkat Al-Qur'an.
Semoga kita semua bisa mengambil inspirasi dari Faiz.