"Local pride itu ditujukan untuk Timnas Indonesia U-16 karena kami ini putra-putra bangsa Indonesia yang berjuang untuk negara, tidak ada kata saya untuk orang lain, bahkan saya mendukung naturalisasi di tingkat senior kalau itu untuk kemajuan sepakbola Indonesia," Bantah Markus Horison (sumber: Okezone.com)
Seantero Indonesia bergembira ria setelah timnas U-16 meraih gelar juara AFF U-16. Baik fans yang ada di depan layar TV apalagi yang ada dalam stadion. Pemain dan official pelatih pun tak kalah bahagianya merayakan kemenangan itu.
Namun ada satu momen di mana euforia juara itu dirusak oleh ucapan official pelatih. Setidaknya begitu anggapan netizen. Sesaat sebelum penerimaan medali juara, tim official pelatih utamanya pelatih kiper, Markus Horison tersorot kamera meneriakkan frasa "Local Pride".
Frasa "Local pride" jika diartikan secara harfiah bermakna kebanggaan lokal. Entah apa maksud Markus Horison dan kawannya meneriakkan frasa tersebut, namun para netizen terlanjur menilai itu sebagai bentuk sindiran terhadap official pelatih timnas senior yang berisi beberapa orang asing utamanya pelatih kepala Shin Tae-yong yang berasal dari Korea Selatan. Dan juga terhadap komposisi pemain timnas senior yang diisi oleh pemain naturalisasi seperti Mark Klok.
Kalau boleh menilik, memang komposisi timnas U-16 memang diisi orang-orang lokal. Mulai dari staff pelatih hingga pemain. Tak ada sama sekali orang asing satu pun di dalamnya.
Sebenarnya mau lokal pride atau campuran lokal asing, sebenarnya tak ada masalah. Tak boleh ada rasisme dalam sepak bola. Apa pun warna kulitnya, ketika ia sudah menjadi bagian dari sepak bola kita, tak boleh dianggap sebagai orang lain. Ia adalah pemain tim nasional Indonesia. Saya ulangi: tim nasional Indonesia.
Bukankah timnas Prancis berisikan banyak sekali pemain keturunan Afrika saat juara piala dunia dua kali 1998 dan 2018? Sebutlah Zidane, Henry, Trezeguet, Mbappe, Benzema, dll.  Bukankah Spanyol saat juara piala Eropa 2008 berisikan  pemain naturalisasi dari Brazil seperti Marcos Senna? Bukankah Italia saat juara Piala Eropa 2020 sangat dibantu oleh Jorginho, pemain naturalisasi asal Brazil? Dan masih banyak lagi contoh lain di mana negara berkembang menggunakan pemain naturalisasi.
Ini soal komposisi pemain. Jangan tanya lagi soal pelatih. Banyak timnas negara Eropa yang persepakbolaannya sudah sangat berkembang menggunakan jasa pelatih asing. Begitu pula dengan negara-negara Asia yang sepak bolanya juga sudah berkembang seperti Jepang, Korea Selatan, Iran, Arab Saudi, atau negara pesaing kita di AFF, Thailand dan Vietnam, semuanya jarang menggunakan pelatih lokal.
Alasannya apa dibalik penggunaan pelatih asing dan naturalisasi pemain asing? Karena kemampuan para pelatih asing dan pemain naturalisasi itu diakui bagus, jadi ada harapan besar pada kemampuan mereka dalam membantu tim merengkuh prestasi.
Maka mari menerka intensi Markus Horison mengucapkan frasa tersebut. Kira-kira apa maknanya? Meski Markus sudah membantah tafsiran netizen terhadap ucapannya, tapi tetap saja ucapan itu tak perlu bahkan terkesan norak dan arogan.
Toh, mohon maaf, untuk kompetisi kategori usia apalagi level AFF kita (baca: tanpa asing) memang bisa bersaing dengan negara lain di Asia Tenggara.  Diakui memang bahwa sepak bola kuat hebat dalam kategori usia. Di Piala Danone dan Toulon juga buktinya kalau kita bisa bersaing dengan negara-negara adidaya sepak bola. Jadi apa timnas U-16 raih baru-baru ini bukanlah sesuatu yang perlu disombongkan.