Saya teringat saat baru masuk pesantren kelas satu Tsanawiyah saat itu, saya menangis di tengah malam sendirian. Saya malu menangis dilihat orang, jadi tengah malam waktu yang saya pilih untuk menangis. Entah kenapa, rasanya plong sehabis menangis. Rindu tak berkurang, tapi sedih berkurang. Lupa berapa lama dalam kondisi seperti itu, namun akhirnya saat libur pulang kampung saya malah betah tinggal di pesantren. Â
Di Spidi, banyak cerita santri yang menangis tak main-main. Ada yang bahkan merajuk tak mau makan. Ada pula yang mau kabur. Macam-macam ekspresi mereka dalam membahasakan rindu. Lalu lihatlah apa yang mereka rasakan di awal akhirnya berubah menjadi cinta dengan segala hal yang terkait dengan spidi setelah berlalunya waktu. Lebih banyak malah yang tamat SMA di Spidi. Enam tahun di spidi, padahal di awal mau kabur.
Mengutip ceramah da'i kondang, ustadz Abdul Somad di masjid Jami pesantren Darul Istiqamah beberapa tahun silam "lebih baik menangis sekarang, daripada menangisnya nanti karena menyesal."
Menangislah sekarang wahai orang tua!!! Daripada kelak nanti kalian dibuat tangis oleh penyesalan yang tak berujung melihat anak-anak mengajinya tak beres, tak shalat, akhlaknya tak baik, pacaran, merokok, dan lain sebagainya.
Ketahuilah tiga-enam tahun di pesantren artinya anak-anak Anda bisa lepas dari "keburukan" handphone. Lepas dari pergaulan negatif di luar sana. Lepas dari mengendarai motor di jalan yang berbahaya. Dan segala macam hal yang bisa saja membuat anak-anak dan orang tua menangis menyesal kelak.
Tiga-enam tahun di pesantren, artinya selama itu anak-anak dalam pendidikan dan pembentukan akhlak mulia. Diajari dan disiplinkan untuk melaksanakan shalat berjamaah, shalat lail, dan shalat sunnah lainnya. Mereka tiga enam tahun dianggap dalam jihad fii sabilillah. Tiga enam tahun mereka disiplin berdoa dan mendoakan orang tua. Tiga-enam tahun dalam pelatihan kemandirian dan kematangan menyambut usia remaja dan dewasa.
Menagislah sekarang, Anak-Anak  karena kesedihan!!
Dan pegang kata-kataku ini "kalian dan orang tua kalian akan menangis kelak karena bahagia atas kesuksesan kalian menghafal Al-Qur'an."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H