Ketika kecerdasan hanya soal prestasi akademik
Sepucuk surat datang ke kantor sebuah sekolah dasar yang terletak di desa terpencil, mengabarkan jika penilik dari kementerian pendidikan akan datang berkunjung ke sekolah tersebut.
Hari yang ditentukan telah tiba, penilik sekolah berangkat pagi mengendarai mobilnya. Sendiri.
Sekitar dua jam perjalanan, Â mobilnya mogok. Sementara ia berada di tengah perkampungan yang sepi penduduk. Tak ada bengkel sama sekali.
Seorang anak kecil berumur sekitar 10 tahun mendatanginya, Â mencoba menawarinya memperbaiki mobilnya.
Awalnya ia tak percaya. Tapi akhirnya ia berpikir tak ada salahnya memberi kepercayaan pada anak kecil tersebut.
10 menit berlalu hingga kemudian sang anak memintanya untuk menghidupkan mobilnya. Mobilnya menyala, Â siap untuk dikendarai lagi.
Ia seakan tak percaya saking takjubnya pada anak kecil itu.
"Ayahku seorang montir mobil. Aku biasa membantunya." jawab si anak ketika ditanya oleh penilik dari mana keahliannya berasal.
"Terus pagi-pagi begini kenapa kamu tidak ke sekolah? " tanya penilik lagi.
"Kepala sekolah melarang semua siswa yang dianggapnya bodoh untuk datang ke sekolah karena penilik dari kota akan datang."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H