Mohon tunggu...
Aki Niaki
Aki Niaki Mohon Tunggu... Freelancer - 63 years old ultra trail/ mountain runner with asthma and bronchitis, trail adventurer, everyday cyclist, frame designer and test rider.

SD Jakarta. SMP Bandung. SMA Cirebon. Tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ketergantungan yang Tak Mesti

4 November 2015   05:49 Diperbarui: 4 November 2015   07:12 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat tidak tahu apa yang harus atau mau dilakukan, merokok sangat membantu. Padahal saat sebaliknya ya merokok merokok juga. Bersukur tidak kedua- duanya saya alami. Artinya, jikapun saya mengalami stres ataupun saat tidak tahu apa yang harus atau mau dilakukan, bukan merokok jawabannya. Tidak saya maksudkan bahwa saya lebih baik dari yang lain. Bukan itu. Tidak juga dimaksud bahwa saya antipati kepada perokok.

Sejauh sama- sama tahu diri. Sebagian teman- teman sayapun perokok. Saya hanya mau mencoba sampaikan bagi teman- teman yang perokok dan punya niatan untuk berhenti. Merokok, seperti yang sama- sama kita sadari dan akui dan terbukti secara ilmiah, merusak kesehatan.
Tak seorangpun dari kita yang tak berharap akan kesehatan diri dan orang- orang terdekatnya. Yang lebih terasa lagi saat sakit menghampiri. Mulai dari sakit ringan seperti flu, sedikit masuk angin. Sampai sakit yang berat. Seperti gangguan fungsi paru- paru, ginjal, jantung, sampai kanker.

Semakin berat sakitnya tentunya semakin serius, semakin khusuk kita berdoa dan berusaha untuk Kesembuhannya. Hal yang menggelikan sekali. Setiap hari kita berdoa dan berusaha meminta kesehatan. Pada saat yang sama kita merusaknya. Dengan merokok. Mungkin Tuhan akan berkata," Yah elo..".

Ada hal- hal yang saya yakini. Pendidikan, pangkat, jabatan boleh tinggi. Tapi jika untuk berhenti merokok saja tak cukup percaya diri, mestinya ada yang salah sekali disini. Seperti yang pernah saya katakan. Saya bukan orang yang religius sekali. Tapi jika ya kita punya ketergantungan. Saya yakin hanya kepada yang diataslah sepantasnya kita bergantung. Bukan kepada rokok. Bukan kepada, " Ga enak euy kalo makan ga pake sambel". Jadi kudu ada sambal.

"Minum kopi ya bikinan nyonya dong". Baik sekali jika tak minum kopi karena memang sang nyonya sedang tak ada, dan kita tetap nyaman- nyaman saja.
Tak baik jika kenyataannya malah seperti yang mati gaya. Teramat sayang pada anak- anak dan istri/ suami, teramat dekat dengan orang- orang dekat dikanan- kiri, sudah pasti baik sekali. Tapi jika menjadi suatu ketergantungan, sampai- sampai lebih baik mati (amit- amit) daripada ditinggal sendiri, ya juga sama- sama bentuk ketergantungan yang lain lagi. 

Maaf, barangkali yang barusan agak berlebihan. Sekedar contoh saja.
Jikapun itu sebaiknya tidak, ya apalagi kalau sekedar menahan diri untuk tidak merokok.

Lari- berlari bagi saya, disamping memang sebagai terapi asma dan bronkhitis saya, juga hal yang amat sangat menyenangkan. Berpikir terasa lebih jernih saat berlari. Ide- ide sering saya peroleh saat melakukan aktifitas ini. Me time sayapun seringkalinya saya temukan/ rasakan yang terbaiknya ya saat berlari. Nyaris bisa dibilang, belahan jiwa kesekian saya. Tapi kembali ke masalah ketergantungan atau bukan. Sebaiknya ya jangan juga sampai menjadi keharusan. Harus, kalau tidak akan sakit- sakit badan. Harus, kalau tidak akan tak bisa berfikir atau tak akan ada ide- ide baik yang akan muncul.

Jangankan hanya sekedar sakit- sakit badan atau berfikir jernih atau ide- ide baik. Untuk terapi asma dan bronkhitis sayapun sebaiknya ya sambil berjalan diupayakan untuk tidak menjadi ketergantungan selamanya. Sesehat, sefitnya jiwa dan raga saya. Hanya yang diatas yang tahu. Entah besok entah lusa. Entah sebulan atau belas tahun lagi. Apakah saya masih bisa lari- berlari. 

Jadi, bagaimanapun sukanya saya akan lari- berlari. Tetap saja tak boleh juga menjadi ketergantungan. Nah selama kita bisa yakin bahwa ketergantungan akan apapun, selain kepada yang diatas adalah tidak baik, berhenti merokok adalah hal yang paling mudah, paling sederhana untuk dilakukan. Segera!.
Tak harus menunggu nanti. Apalagi berhari- hari. Orang sunda bilang, teungteuingeun mun kudu mangtaun- taun deui :-)

Jauuuh lebih mudah dibanding bersekolah tinggi- tinggi. Dibanding dengan bekerja menumpuk harta sampai hampir mati. Kaki jadi kepala, kepala jadi kaki.
Dibanding dengan lari- berlari berhari- hari, dari pagi sampai ke pagi lagi. Cukup berhenti detik ini. Tak hanya diri- sendiri, anak- istri/ suami, tetangga kanan- kiri so pasti turut bersuka - hati. 

Saya masih dan akan selalu ingat, bagaimana enaknya merokok. Tetapi tidak merokok ternyata jauh lebih enak lagi. Sejak dua puluh tahun lalu.

Salam,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun