Candi prambanan merupakan salah satu warisan budaya yang adi luhung. Candi prambanan adalah salah satu candi hindu  terbesar di Indonesia yang dibangun sekitar 850  masehi oleh Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan bangunan tersebut disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Sri Maharaja Dyah Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagraha, bangunan ini dibangun untuk memuliakan dewa siwa yang mempunyai nama asli siwagraha (dalam bahasa sansekerta).
Candi prambanan juga  merupakan salah satu warisan budaya yang adi luhung. Candi prambanan adalah salah satu candi hindu  terbesar di Indonesia yang dibangun sekitar 850  masehi oleh Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan bangunan tersebut disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Sri Maharaja Dyah Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagraha, bangunan ini dibangun untuk memuliakan dewa siwa yang mempunyai nama asli siwagraha (dalam bahasa sansekerta).
Candi Prambanan, sebagai kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia, menjadi suatu simbol budaya dan sejarah yang kaya makna.
maka dari itu peneliti mengkaitkan  Semiotika  dengan menggunakan teori Ferdinand de Saussure, kita akan menyelidiki tanda dan makna yang terkandung dalam struktur dan simbolisme Candi Prambanan.
1. Candi sebagai Penanda (Signifier):
Menurut Saussure, penanda (signifier) adalah bagian fisik atau simbol yang membentuk suatu tanda. Dalam konteks Candi Prambanan, struktur fisik candi, yakni relief, arca, dan arsitektur secara keseluruhan, dapat dianggap sebagai penanda. Setiap elemen ini membentuk citra visual yang menjadi penanda yang merujuk pada kompleksitas budaya dan agama Hindu.
2. Makna Budaya dan Agama sebagai Yang Dipenandai (Signified):
Yang dipenandai (signified) adalah makna atau konsep yang diwakilkan oleh penanda. Dalam hal ini, Candi Prambanan mengandung makna budaya dan agama Hindu. Relief-relief yang menggambarkan kisah epik Ramayana, patung-patung dewa dan dewi, serta struktur arsitektural candi menjadi simbol-simbol yang merinci ajaran dan kepercayaan Hindu.
3. Hubungan Arbitrer antara Penanda dan Yang Dipenandai:
Teori Saussure menekankan bahwa hubungan antara penanda dan yang dipenandai bersifat arbitrer dan konvensional. Candi Prambanan merupakan hasil dari konvensi budaya dan agama Hindu yang diterjemahkan ke dalam bentuk fisik. Kesepakatan dan konvensi ini memungkinkan pemahaman bersama terkait makna yang terkandung dalam setiap elemen Candi Prambanan.
4. Diferensiasi Antara Candi-Candi:
Dalam kompleks Candi Prambanan, diferensiasi antara candi-candi juga dapat dilihat sebagai bagian dari analisis semiotika. Setiap candi memiliki karakteristik dan makna yang berbeda. Sebagai contoh, Candi Shiva memiliki keunikan dalam simbolisme dan struktur yang membedakannya dari candi-candi lainnya.
5. Simbolisme Visual dalam Relief dan Arca:
Relief-relief dan arca-arca di Candi Prambanan membentuk simbolisme visual yang kaya. Analisis semiotika menurut Saussure dapat membantu dalam menguraikan simbol-simbol ini dan bagaimana mereka berinteraksi untuk membentuk naratif visual yang mengandung makna mendalam.