Mohon tunggu...
Tengku Akhyar
Tengku Akhyar Mohon Tunggu... wiraswasta -

hidup merdeka atau mati syahid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

JK Gak Suka Dipanggil “Daeng”, jadi Dipanggil Apa Donk…

19 Januari 2010   06:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:23 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_56769" align="alignleft" width="90" caption="JK : kata daeng hanya untuk orang selawesi, orang surabaya dipanggil Daeng pun gak bisa, karena orang surabaya dipanggil CAK atau NING"][/caption] Akhir-akhir ini permasalahan Bang Siatury belum kelar2, tiap hari kita mengikuti berita seputar BC (bank Century) makin gak jelas, putar-putar gak tau arahnya lagi. Entah apa yang diinginkan oleh pansus sampai hari ini. Saya malah sudah curiga ini semua untuk menjatuhkan pemerintahan pak Beye, kayaknya gak ada cara lain untuk memakzulkan pemerintahan yang sah, kehabisan akal, ide dan cara makin nampak pada TIM pansus. Beberapa saksi dipanggil oleh tim pansus untuk kejelasan kemana dan bagaimana bisa Negara ini rugi sampai 6,7 T. Saksi yang dipanggil bukan kelas menengah kebawah tapi level atas yang berkecimpung dalam kasus tersebut. Belum lagi di forum resmi itu para saksi diserang bertubi-tubi seperti serangan Yahudi ke Palestina. Ketika JK dipanggil TIM Pansus, katanya Rohut Dengan gaya bicara dan tabiatnya yang kontroversial, sosok anggota Pansus Hak Angket Bank Century DPRI RI Ruhut Sitompul nyaris menandingi panasnya kasus Bank Century yang melibatkan dana talangan sebesar Rp 6,7 triliun. Belum reda kasus umpatan kasar dan tidak sopan yang melibatkan dirinya dengan Wakil Ketua Pansus Gayus Lumbuun, kini giliran Jusuf Kalla yang terkena serangan ala Ruhut. Saat mendapat kesempatan bertanya, Ruhut berulang kali memanggil Jusuf Kalla “Daeng” dengan cara yang tidak lazim. [caption id="attachment_56771" align="alignright" width="124" caption="BANG ROHUT dikau gak pantas kupanggil DAENG karena orang MEDAN"][/caption] Tindakan Ruhut ini tak pelak mendapat protes keras dari anggota Pansus lain yang meminta Ruhut tidak menggunakan simbol-simbol kesukuan di forum resmi. Saking panasnya suasana saat itu, ketegangan akibat serangan “jurus Daeng” yang dilancarkan oleh Ruhut baru tuntas setelah Ketua Fraksi Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengambil alih microphone dan mempersilakan kader Demokrat lain melanjutkan pertanyaan untuk Jusuf Kalla. Disini Yang ingin saya kemukakan, kita ini sangat sensitiv sekali, kanapa Bang Rohut panggil Pak JK dengan sebutan ”Daeng” saja jadi masalah besar, malahan ada demontrasi di Sulawesi, dimananya saya kurang jelas tempatnya. Negeri kita katanya banyak Ragam budaya, bukankah Panggilan Daeng warisan Budaya kita INDONESIA, jadi gak usah kita permasalahkan, bukankah bang Rohut menghormati pak JK dengan Panggilan itu, oh jika kita katakan nada memanggilnya atau cara yang tak lazim, maka yang lazimnya bagaimana. Bukankah itu kemabali kepada NOTASI, perlu saya katakan jika kita memang sudah tidak senang dengan seseorang maka apapun yang dilakukan dan diucapkan, maka semuanya salah. Cobalah bersikap dewasa dalam masalah ini, oh katanya DAENG itu biasanya dipanggil untuk Tukang becak dan sayur atau yang lain, mungkin kenapa kawan2 di sulsel marah dengan kata itu, karena menyamakan JK dengan Tukang becak atau sayur, itu kembali kepada pemaknaan. Sebagai contoh, wakil DPR RI dari aceh misalkan atau Surya Paloh, dipanggil TENGKU, SI AGAM, ABANG macamlah sebagainya dengan nada seperti Rohut panggil JK, apakah ini juga sara. Saya rasa tidak demikian, kita tau kok kalau itu semua warisan budaya kita, jadi kalo kita tidak memakainya maka budaya itu akan musnah. Maka kedepan PAK sana PAK sini. Sekarang tinggal kita yang memaknainya. Dewasalah dalam sebuah masalah. Dan banggalah dengan BUDAYA kita. Wassalam Tengku Aceh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun