Kurikulum Deep Learning Guna Penguatan Pendidikan Karakter Generasi?
Penulis: Faridatus Sae, S. Sosio
Aktivis Dakwah Kampus
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti memaparkan program prioritas lewat semangat dan slogan Kemendikdasmen, yaitu mencerdaskan dan memajukan bangsa. Visi besar Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah adalah pendidikan bermutu untuk semua, yang diambil dari UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Terdapat beberapa program prioritas Kemendikdasmen, di antaranya ialah penguatan Pendidikan Karakter. (republika.co.id, 09/11/2024)
Dalam laman (kompas.com, 11/11/2024), Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah akan menggagas Kurikulum Deep Learning sebagai pengganti Kurikulum Merdeka Belajar yang diterapkan saat ini. Kurikulum Deep Learning adalah kurikulum yang digagaskan sebagai pengganti Kurikulum Merdeka Belajar dalam sebuah kegiatan. Deep learning ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Selain itu, Deep learning memiliki tiga elemen utama, yaitu Mindfull Learning (menyadari keadaan murid berbeda-beda), Meaningfull Learning (mendorong murid berpikir dan terlibat dalam proses belajar), Joyfull Learning (mengedepankan kepuasan dan pemahaman mendalam).
Isu perubahan kurikulum mengemuka setelah Mendikdasmen menyatakan bahwa akan menerapkan deep learning. Meskipun dinyatakan bahwa deep learning bukanlah kurikulum, namun metode dan perubahan kurikulum dimungkinkan akan dijalankan pada tahun ajaran baru mendatang. Namun, rakyat sudah memiliki persepsi umum bahwa "ganti Menteri ganti kebijakan', apakah dengan ganti kurikulum atau ganti kebijakan yang lain.
Berbagai perubahan dalam sistem pendidikan nasional yang telah terjadi hingga selama ini, nyatanya belum mampu mewujudkan manusia seutuhnya, belum mampu melahirkan generasi terbaik yaitu generasi beriman dan bertakwa dan terampil sebagaimana tujuan Pendidikan yang digagaskan. Pendidikan hari ini sukses mencetak generasi menjadi budak atau pekerja sistem kapitalisme yang mana keilmuan, tenaga, waktu dan pikiran tidak dihargai dengan harga yang mahal tapi dengan harga yang murah.
Perubahan ini bisa terjadi akibat ketidakjelasan visi dan misi Pendidikan yang diterapkan negara, atau pun demi menyesuaikan dengan tuntutan global atau dunia industri. Sehingga, pendidikan mengikuti tuntutan dunia industri bukan untuk mencetak generasi terbaik pemimpin dan pengisi peradaban. Di sisi lain, adanya perubahan kurikulum tetap dengan asas sekuler kapitalisme tidak akan pernah menghasilkan generasi unggul. Â Potret generasi yang dihasilkan adalah generasi minim adab, berpikiran bebas (liberal), makin berpotensi berbuat kerusakan dan masalah di tengah-tengah masyarakat.
Sehingga, hanya dengan Sistem Pendidikan Islam berasaskan akidah Islam yang akan memberikan arah yang jelas pada visi dan misi Pendidikan terbaik. Kurikulum dengan landasan islam ini yang akan membentuk generasi emas berkepribadian Islam, dan ilmunya bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Sejarah panjang peradaban Islam telah memberikan bukti nyata akan keunggulan sistem Pendidikan Islam, yang diterapkan dalam negara yang menerapkan Islam secara kaffah. Melahirkan generasi terbaik yang mampu memimpin peradaban dan mengisi peradaban gemilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H