Peringatan Hari Guru: Viral Guru Nyambi Pemulung?
Penulis: Faridatus Sae, S. Sosio
Aktivis Dakwah Kampus
World's Teacher Day atau Hari Guru Sedunia diperingati setiap tanggal 5 Oktober dan sudah dilakukan sejak 1994 dalam rangka memperingati penandatanganan Rekomendasi UNESCO/ILO 1966 tentang Status Guru. Rekomendasi ini menetapkan tentang hak serta tanggung jawab guru dan standar internasional untuk persiapan awal dan pendidikan lanjutan sebagai pengajar. Sedangkan Makna dari kata guru dalam rekomendasi adalah semua pengajar di sekolah yang bertanggung jawab untuk pendidikan murid. Selain itu, Makna status adalah kedudukan atau penghargaan yang diberikan kepada para guru sebagaimana dibuktikan dengan tingkat apresiasi akan pentingnya fungsi dan kompetensi mereka dalam melaksanakan pekerjaan sebagai seorang guru. (Kompas.com, 05/10/2022)
Sedangkan dalam laman (kemendikbud.go.id,24/10/2023),
menetapkan Hari Guru Nasional (HGN) setiap tahunnya diperingati pada tanggal 25 November. Peringatan HGN ini menjadi ruang apresiasi yang diberikan kepada para guru atas semangat belajar, berbagi, dan berkolaborasi dalam merdeka belajar demi terwujudnya pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi peserta didik. Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) sendiri adalah upaya Kemendikbudristek melalui Ditjen GTK untuk memberikan penghargaan kepada GTK dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
Namun di sisi lain, terdapat kisah pilu Guru Honorer di Sukabumi yang akhir-akhir ini viral di media sosial. Guru yang sudah mengabdi 36 tahun dan menyambi jadi pemulung untuk menyambung hidup. Tentu kisah ini sangat miris dan mengundang perhatian publik juga mengundang simpati dan bantuan dari berbagai pihak.
Peringatan hari guru dunia yang tahun ini mengangkat tema 'Valuing teacher voices: towards a new social contract for education (menghargai suara guru: menuju kontrak sosial baru untuk pendidikan)'. Tema ini diangkat untuk menyoroti pentingnya 'suara' seorang guru. Yang mana, suara para guru sangat diperlukan agar mereka dapat memberikan pembinaan dan memanfaatkan potensi terbaik dari setiap anak didiknya.
Memang sedemikian penting peran guru, namun fakta yang terjadi di negeri ini justru menunjukkan hal sebaliknya. Guru dihadapkan pada berbagai persoalan, baik gaji yang belum mensejahterakan bahkan salah satu yang viral seorang guru harus menyambi jadi pemulung padahal sudah mengabdi menjadi guru selama 36 tahun. Selain itu, tekanan hidup yang tinggi yang harus dijalani oleh seorang guru. Guru juga tak dihargai sepatutnya, hanya dianggap sebagai faktor produksi, dan pendidik siswa.
Tata kehidupan sekulerisme pun yang tengah berlaku saat ini sangat mempengaruhi jati diri guru. Sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Guru maupun siswa yang tidak memahami bagaimana Pencipta manusia memberikan aturan kehidupan yang sempurna, sehingga sempat viral guru di Gorontalo tega melakukan tindakan buruk pada siswa. Selai itu juga kasus yang melibatkan siswa berupa kekerasan fisik maupun seksual, bahkan mengakibatkan siswa meregang nyawa.
Hal ini, tentu sangat disayangkan. Bagaimana lembaga sekolah yang saat ini sangat diandalkan untuk mendidik anak. Dimana orang tua lepas tangan dan mempercayakan sepenuhnya anaknya untuk di didik dengan sebaik-baiknya. Namun, faktanya berbagai kasus justru melibatkan anak menjadi korban bulliying sesama teman ataupun kekerasan seksual.
Sedangkan, Islam memiliki sistem pendidikan yang mampu menghasilkan guru yang berkualitas, bersyaksiyah Islamiyah, memiliki kemampuan terbaik, dan mampu mendidik siswanya dengan baik pula dan tentunya di dukung oleh kurikulum terbaik sesuai syariat dari Pencipta manusia yaitu Allah SWT.
Islam sangat menghormati dan memuliakan guru, diantaranya adalah memberikan gaji yang tinggi pada guru. Selain itu, Islam mengharuskan calon guru memiliki kriteria tinggi, karena tugasnya berat, yaitu menjadi pembentuk syaksiyah Islamiyah pada diri anak didik dan tentunya guru adalah hamba yang takut pada Allah. Sehingga, dalam hal ini guru akan mendidik siswanya dengan baik di dukung oleh kurikulum maupun sistem pendidikan yang visioner mencetak para pemimpin dan pengisi peradaban gemilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H