Motif Ekonomi: Ibu Muda Nekat Cabuli Anak Kandung.
Penulis: Faridatus Sae, S. Sosio
Aktivis Dakwah Kampus
Seorang ibu muda di Bekasi berinisial AK 26 tahun, ditangkap Polda Metro Jaya karena kasus ibu cabuli anak kandungnya. Lagi-lagi, motif ekonomi menjadi penyebab tindak penyimpangan ini. Ibu muda tersebut, nekat mencabuli anaknya sendiri karena tergiur tawaran uang dari sebuah akun Facebook. Orang asing yang dikenal AK melalui Facebook mengiming-imingi uang Rp15 juta. Uang itu akan diberikan jika AK membuat video porno dengan anak kandungnya. (TEMPO.CO, 08/06/2024)
Dalam Liputan6.com, 09/06/2024), disebutkan bahwa kasus pembuatan video vulgar bersama anak kandung marak akhir-akhir ini. Sejauh ini, total ada dua ibu muda yang ditetapkan sebagai tersangka. Adapun, mereka adalah AK (26) dan R (22). Terkait hal ini, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak mengimbau kepada masyarakat untuk lebih bijak pada saat menggunakan media sosial. Harus berhati-hati dan waspada, serta jangan mudah percaya, tergiur dan terjebak oleh janji-janji manis ataupun iming-iming diberikan uang dalam jumlah besar, namun harus melakukan sesuatu perbuatan yang bertentangan dengan norma hukum, agama, dan sosial di masyarakat.
Tentu kasus ini membuat miris, bagaimana seharusnya orang tua terutama ibu yang seharusnya menjadi madrasah pertama atau pendidik utama bagi anak-anak nya justru melakukan hal yang tidak sepatutnya. Lingkungan keluarga yang seharusnya menjadi tempat aman bagi anak justru sama seperti lingkungan sosial maupun lingkungan sekolah yang semakin tidak memberikan rasa aman bagi anak. Lantas dimana anak bisa mendapatkan rasa aman? Jika lingkungan keluarga saja tidak ada jaminan.
Sedangkan, tidak cukup dengan berbagai tindak kejahatan maupun penyimpangan yang terjadi saat ini di seluruh lini kehidupan khususnya bagi anak hanya diberikan himbauan saja bagi orang tua. Karena persoalan ini kompleks bukan hanya persoalan individu saja. Bagaimana individu yang tidak memiliki pemahanan yang benar untuk menjalankan kehidupan, masyarakat tidak memiliki pemahanan yang benar dan fungsi kontrol sosial tidak berjalan, dan negara yang abai terhadap rakyatnya.
Rakyat susah payah penuhi kebutuhan hidupnya dan bahkan kesulitan untuk makan, belum lagi berbagai tanggungan pajak yang memberatkan, pendidikan mahal, kesehatan mahal, listrik mahal, BBM mahal, kebutuhan pokok mahal. Akhirnya masyarakat tidak menutup kemungkinan frustasi dengan berbagai tanggungan dan memilih jalan praktis dalam memperoleh uang, dengan mencuri ataupun membuat video fulgar agar dapat uang.
Ini semua akibat penerapan sistem kapitalis sekuler. Sistem kehidupan yang mengagungkan materi atau modal. Siapa saja yang punya modal maka itu yang bisa hidup dengan tenang karena semua bisa mudah jika punya uang. Apapun bisa dibeli dengan uang. Ditambah lagi sekulerisme yang menjadi asas kehidupan, yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga masyarakat hidup tanpa standart kehidupan sekuler dan bebas melakukan apa saja dan melanggar batas2 agama. Maka wajar jika terjadi kerusakan segala kini seperti saat ini.
Sehingga, ketika ingin menghentikan segala kerusakan yang terjadi di masyarakat. Maka, harus mengganti sistem rusak merusak ini dengan sistem kehidupan islam. Sistem yang berasal dari Allah SWT, selalu Pencipta dan Pengatur manusia. Pencipta yang mengetahui apa yang terbaik untuk ciptaannya dan akan memberikan keteraturan kehidupan dan akan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H