Tingginya Beban Hidup Mematikan Fitrah Keibuan dalam Kapitalisme
Penulis: Faridatus Sae, S. Sosio
Aktivis Dakwah Kampus
Tak Sanggup Membiayai, seorang ibu di Belitung membunuh bayinya dengan cara ditenggelamkan di ember. Perempuan yang kesehariannya bekerja sebagai buruh itu membunuh bayinya sendiri dengan cara menenggelamkan ke ember berisi air setelah dilahirkan. Bayi itu kemudian dibuang ke semak-semak dalam kebun milik warga sekitar. Karena perbuatannya, Rohwana dijerat Pasal 338 KUHP atau Pasal 305 KUHP Jo Pasal 306 Ayat 2 KUHP atau Pasal 308 KUHP. (kumparan.com, 24/01/2024)
Seorang ibu yang dengan tega membunuh bayi yang baru dilahirkannya sendiri, tentu hal ini mengherakan. Bagaimana teganya membunuh anak yang 9 bulan dikandungnya. Disisi lain, banyak pasangan yang justru mendambakan memiliki momongan. Alasan ekonomi yang menjadi alasan seorang ibu dengan tega membunuh anaknya. Maka, sebegitu tingginya beban hidup telah mematikan fitrah keibuannya.
Selain itu, tentu ada banyak faktor yang berpengaruh dalam persoalan ini. Bisa dilihat, bagaimana saat ini lemahnya ketahanan iman yang dimiliki seseorang khususnya seorang ibu. Tidak berfungsinya keluarga juga menambah daftar pengaruh persoalan pembunuhan ini terjadi sehingga seorang ibu juga terbebani dalam pemenuhan ekonomi, seorang ibu harus berusaha sendiri atau turut serta membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhannya. Lemahnya kepeduliaan Masyarakat sekitar akan masalah yang tengah dihadapi tetangganya dan hidup individualis tanpa memikirkan disekitarnya. Â Yang tidak kalah penting dalam persoalan ini adalah tidak adanya jaminan kesejahteraan negara atas rakyat individu per individu dan ini semua berkaitan erat dengan sistem yang diterapkan negara.
Sistem kapitalisme liberal yang saat ini bercokol di negeri ini. Sistem yang mana pemilik modal yang bisa berkuasa dan menguasai seluruhnya. Pemilik modal menguasai kekayaan alam negeri dan rakyat hanya memperoleh remah-remah kekayaan alam ini. Bahkan banyak rakyat yang tidak bisa sekedar memenuhi kebutuhan pokok makannya. Persoalan kelaparan dan kemiskinan sudah menjadi bagian kehidupannya yang mana rakyat sudah bekerja keras namun tetap saja tidak mampu mengubah nasibnya. Maka, wajar saja seorang ibu tega membunuh anaknya karena himpitan ekonomi yang tengah dialaminya, yang mana dengan harapan anaknya tidak merasakan kesulitan hidup seperti yang dialaminya.
Ini sangat berbeda dengan Islam, dimana islam mewajibkan negara menjamin kesejahteraan Ibu dan anak melalui berbagai mekanisme, baik jalur nafkah maupun dukungan masyarakat dan santunan negara. Selain itu, Islam memiliki sistem ekonomi dan politik yang mampu mewujudkan kesejahteraan individu per individu, yang meniscayakan ketersediaan dana untuk mewujudkannya.
Jaminan kesejahteraan anak dan ibu, Islam memberi aturan yang begitu sempurna. Strategi politik ekonomi Islam yang diterapkan, membuat distribusi kekayaan berjalan ideal dan optimal. Dalam islam, tidak diperbolehkan ada kekayaan yang dikuasai segelintir orang karena Islam mengatur soal kepemilikan, antara lain mengatur bahwa kekayaan alam yang luar biasa besar ini adalah milik rakyat secara keseluruhan. Negara diamanahi oleh Islam untuk mengelolanya dengan optimal demi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Maka, dengan begitu seluruh rakyat terjamin kesejahteraannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H