Mohon tunggu...
Akhsin Muamar
Akhsin Muamar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang lelaki yang terus berusaha melakukan hal terbaik untuk keluarga, masyarakat, bangsa dan umat manusia....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Akun Kompasianaku: Setelah Vakum 6 Bulan

20 November 2012   03:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:02 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis itu ada bosannya, tentu saja. Walaupun banyak orang mengaku hobi menulis, adakalanya jenuh pun melanda. Itu juga yang saya alami sejak akhir bulan Mei 2012 kemarin. Berulangkali saya mengalami "Misteri Kertas Putih', yakni layar laptop tetap putih karena tangan ini tak kunjung bisa mengetik. Musababnya adalah karena merasa "mentok", mau nulis apaan ya? Tidak terasa, sudah 6 bulan berlalu. Semalam, rasa rindu menulis membuncah begitu saja.

Jika kemarin-kemarin urusan pekerjaan mampu menjadi peredam hawa ingin menulis, kali ini tidak. Pekerjaan memang tidak akan pernah ada habis-habisnya. Bekerja Sabtu Minggu, atau Bekerja Siang Malam, kalau diikuti tak akan pernah usai. Saya yakin hal ini juga dialami oleh rekan-rekan semua. Terkadang saya berpikir, seharusnya antara pekerjaan dengan hobi tidak saling menghalangi. Dengan bekerja yang berujung pada kemapanan finansial, urusan hobi seharusnya menjadi lebih mudah.

Bayangkan sebuah hobi yang dikerjakan sambil perut keroncongan? Ya kan rasanya aneh dan miris, bukan? Sebagian besar orang (termasuk saya) akhirnya menyalahkan waktu. Waktu yang 24 jam yang merupakan anugerah Tuhan yang paling adil kita jadikan tumbal atas segala kegagalan dan unek-unek kita. Anugerah yang paling adil? Tentu saja! Mari kita lihat, Pak Presiden dengan segala keruwetan urusannya diberi waktu 24 jam, sama dengan Si Pengangguran di sudut sana. Teller cantik di bank yang sibuk setengah mati menghitung uang diberi waktu yang sama 24 jam dengan Si Pengemis pinggir jalan. Bedanya, Teller cantik menghitung uang kertas baru sementara Pengemis menghitung uang receh.

24 jam, ya..sehari semalam dinikmati secara merata oleh jutaan orang di dunia. Kalau mereka yang dalam 24 jam tidak bisa tidur karena terlalu sibuk ya itu mah DL (derita loe). Sama juga mereka yang 24 jam gak ngapa-ngapain dan akhirnya tidak pernah punya apa-apa, itu juga urusan masing-masing.

Kembali pada tema kevakuman menulis, ya jelas ini risiko saya. Jika dalam 6 bulan saya tidak menulis selembarpun sementara orang lain sudah berbuku-buku ya nasib..Lesson learn yang saya rasakan adalah, ternyata rasa jenuh dan semangat itu indah jika muncul pada waktunya.

Kebon Sirih, 20 November 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun