Mohon tunggu...
Akhmad Rozi
Akhmad Rozi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bertutur sapa, berbagi pengetahuan. \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tragedi Bulan Ramadhan

12 Agustus 2011   18:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:51 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_124980" align="aligncenter" width="500" caption="selama ramadhan, warung makanan/minuman siang hari dilarang berjualan"][/caption] Sebagai pedagang Aneka Es, Kang Hari, selama bulan ramadhan ini, praktis tidak bisa berjualan di siang hari. Mengapa? Menurutnya, sesuai Perda Nomor 18 Tahun 2005 pasal 5 dan 6, hanya boleh dimulai pukul 17.00. Menurut pengalaman, pembeli datang pada pukul 18.15 sampai 18.45. Setelah itu, sepi senyap. Sesaat kemudian pun harus tutup, jam sholat tarawih. Sesuai asas kepatutan, harus ditutup. Malam harinya, semakin sepi. Di luar waktu ramadhan, boleh dibilang laris manis. Di warung Kang Hari, ada Aneka Es,  mulai: es teh, es degan, es campur, es kopyor dan es es lainnya. Makanya, papan nama pemberian dari Grapari Telkomsel yang terpampang didepan warungnya  pun berbunyi: "Warung Es Serba Ada".  Tepat di bawah tulisan "telkomsel begitu dekat begitu nyata". Tak lupa ia pun menuliskan (semacam Jargon lah, kata orang partai): "Hari-hari Es, Es Hari-Hari, Tiada Hari Tanpa Es". Hari ini, Kang Hari dipanggil Haji Unda, sang Pemilik Bidak yang ia jadikan tempat warung. Karena, masa kontraknya sudah habis. Ia pun mendatangi Haji Unda. Dengan sedikit salam, ia dipersilahkan masuk. "Jadi diperpanjang kontrakannya?" kata Haji Unda, tanpa basa-basi, dan tanpa disugihi secangkir kopi. "Iya Pak Haji. Tapi begini Pak Haji" "Begini...., gimana" serang Haji Unda "Kan selama puasa ini, saya nggak bisa jualan. Libur Pak Haji. Saya kan taat sama peraturan" "Bagus 3x. Itu namanya  warga baik, orang soleh " kata Haji Unda manggut-manggut. "Iya, betul Pak Haji, tapi saya kan jadi nggak punya penghasilan" "Haah itu, sudah diatur sama Tuhan. Rejeki itu urusan Tuhan. Ambil sajalah hikmahnya. Nanti akan diberi rejeki dengan cara lain" ujar Haji Unda. "Eh mana uangnya" Kata Haji Unda. "Ini", Kang Hari menyodorkan segepok uang, Haji Unda menerimanya dengan senyum agak simpul. "Heh Hari, kenapa ini sebelas juta" Kata Haji Unda setengah berteriak. "Iya Pak Haji. Sebenarnya dua belas juta, tapi saya kan ikuti nasehat Pak Haji" "Kemana satu jutanya" kata Haji Penasaran. "Sebelas jutanya, dari yang lain Pak Haji. Biar Tuhan yang mengaturnya. Ambil saja hikmahnya Pak Haji" ujar Kang hari meninggalkan Haji Unda terbengong-bengong. "Assalamu'alaikum" kata Kang Hari dari kejauhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun